SUARA HATI
this site the web

Jika Guru adalah Sebuah Akronim

OLEH : Munir SAg.

Ada banyak variable yang berpengaruh terhadap rendahnya dan stagnanya mutu pendidikan saat ini. Variabel-variabel tersebut antara lain, guru, sarana prasarana pendidikan, kebijakan pemerintah, perhatian masyarakat, dan peserta didik itu sendiri.

Dari factor-faktor tersebut, tidak dapat dipungkiri oleh siapapun bahwa guru adalah variable yang paling urgen. Pernyataan ini sekaligus menepis prediksi bahwa suatu saat nanti, guru tidak lagi diperlukan. Karena tugas dan fungsinya dapat digantikan oleh alat/media yang lebih canggih.

Dalam keterangan yang ada dalam Alquran diperoleh informasi bahwa Nabi Adam as, sebagai manusia pertama, tidak tahu menahu apa yang ada di sekitarnya. Kemudian datang malaikat Jibril (sebagai gurunya), mengajarkan nama segala sesuatu atas perintah Yang Maha Guru yaitu Allah SWT. Ini suatu bukti bahwa peranan guru sudah ada sejak pendidikan itu ada.

Posisi strategis ini membuat posisi guru sering menjadi sorotan publik. Ini suatu kenyataan bahwa sebenarnya guru adalah orang penting. Walaupun kepentinganya terkadang tidak dianggap penting.

Persoalan mengenai kualitas pendidikan yang rendah baik aspek intelektualnya terlebih aspek spritualnya, perlu pembenahan secara kafah. Karena kemampuaan sector pendanaan sangat terbatas, maka pembenahan secara simultan sulit dilakukan. Maka perlu dibuat skala prioritas. Jika ini diurut berdasarkan logika yang murni maka yang pertama pelu dibenahi adalah guru.

Kesepahaman bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) guru memang masih rendah, maka perlu perhatian semua pihak. SDM guru ada yang bersifat akademis. Yang akademis tentu rujukannya mudah diperoleh, sedangkan yang noon akademis dapat digali dari diri masing-masing guru. Hanya saja ini jarang diaktifkan atau dicharge, sehingga energinya lemah, cahayanya redup.

Non akademis yang dimadsud dalam tulisan ini ialah, makna kata ‘guru’ (jika dipersepsikan sebagai akronim).

‘GURU’

Gagasanya banyak

Usahanya mantap

Rasa kasih sayangnya tinggi

Ucapannya menyejukkan

1. Gagasannya banyak

Materi pelajaran guru yang disampaikan kepada siswanya, ibarat menu makanan yang dihidangkan. Kegiatan ini berlangsung dari hari kehari sepanjang tahun.

Seorang ibu yang selalu menyajikan makanan kepada anggota keluarganya dengan menu yang variatif, tentu akan sangat menyenangkan. Anggota keluarganya tentu tetap senang makan di rumah

Dapat dibayangkan jika setiap hari menu makanan hanya satu macam dan ini berlangsung dalam waktu lam, maka pasti timbul rasa bosan dan jenuh. Akhirnya anggota keluarga akan berpikir untuk keluar mencari yang lain. Atau anggota keluarga tetap tinggal dengan kondisi Kurang gizi.

Perumpamaan ini diambil sebagai pendekatan, betapa pentingnya dan perlunya penyajian pembelajaran yang kreatif dan variatif. Cara guru memberi pelajaran sangat berpengaruh pada peningkatan minat dan motivasi belajar siswa. Patut dicamkan bahwa prestasi hanya ada bagi mereka yang punya minat, motivasi, dan semangat yang kuat. Begitu pentingnya motivasi atau semangat itu dibangun, baik oleh guru ataupun siswa.

Banyak kasus anak bolos atau malas masuk belajar karena pelajaran yang dibawakan guru tertentu sangat membosankan. Jika rasa bosan telah dirasakan sebagian besar anak maka dapat dipastikan daya serap pembelajaran itu sangat rendah. Seorang guru yang peka pasti cepat bangkit untuk menggagas cara atau metode pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Guru yang gagasanya banyak, tidak terlalu banyak berkeluh kesah dengan gedung yang sempit dan pengap. Sebab pembelajaran dapat ia segarkan di alam terbuka atau di tempat lain yang dapat mendukng materi pembelajarannya.

Guru yang aktif dan kreatif tidak terlalu banyak mengeluh karena media pembelajaran yang tersedia sangat terbatas. Sebab ia dapat menjadikan media pembelajaran apa ada di sekitarnya. Bahkan kehidupan masyarakat di sekitarnya dapat ia jadikan sebagai sumber dan media belajar.

Pembelajaran dengan cara seperti itu banyak kita dapatkan dari kisah Nabi Muhammad SAW. Nabi yang agung ini dalam memberi pemahaman kepada umatnya sering kali menggunakan perumpamaan.

2. Usahanya mantap (bekerja secara professional)

Guru pernah menduduki profesi yang dihormati dan berwibawa. Duru guru adalah pemimpin dalam masyarakat. Guru senantiasa menjadi rujukan untu pemecahan masalah.

Dalam peradapan masyarakat Sulawesi Selatan dikenal nama Tuan guru, Gurutta, Anre Gurutta (AG), ini menggambarkan kedudukan guru begitu dihargai. Guru mempunyai peranan besar dalam emansipasi masyarakat, menaburkan rahmat dalam membentuk kepribadian dan karakter bangsa.

Masyarakat memberi apresiasi ini kepada guru karena memang guru selalu tampil dengan usaha yang mantap. Usah yang mantap tidak harus berarti penguasaan harta menjadi tolak ukurnya. Usah yang mantap indikasinya dapat dilihat pada perencanaan yang matang dan rapi.

Dalam Alquran ada pesan bahwa ”sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. Selanjutnya disampaikan ”Jika kamu selesai pada suatu urusan maka segerahlah pindah pada urusan yang lain”. Kesan dan pesan yang ada pada kalimat diatas memberi motivasi yang kauat kepada kita agar bekerja dan berusaha yang mantap.

Sekolah sebagai miniature kehidupan bermasyarakat yang baik. Karena itu di sekolah disiapkan unit-unit kecil seperti UKS, koperasi, perpustakaan, tempat ibadah, kantin, dan lain-lain. Ini semua melibatkan siswa agar mereka terlatih mengelolah suatu usah atau pekerjaanyang baik. Di sinalah tempatnya guru memberi bekal sebanyak-banyaknya kepada peserta didik agar mereka menjadi siap pakai ketika berada ditengah-tengah masyarakat.

Sebenarnya merosotnya kehormatan dan wibawa guru di mata masyarakat banyak disebabkan faktor internal guru itu sendiri. Banyak guru yang tidak bersemangat menlanjutkan pendidikan, bahkan minat bacanya pun sangat rendah, sementara dunia luar dengan IPTEKnya berpacu dengan perubahan.

3. Rasa kasih sayangnya tinggi

Seorang filosof bernama Ibnu Khaldum menyatakan: ”Orang yang terbiasa didik secara kasar dan keras akan selalu dihantui oleh kekerasan tersebut. Jiwanya menjadi cupet, sekalipun jasadnya berada di tempat yang lapang. Gairahnya pun akan cepat hilang, sikap dan sifatnya pemalas, suka berdusta dan berbuat keji. Sementara penampilan lahirnya pun akan jauh berbeda dengan keadaan batinya. Karena merasa selalu dikejar-kejar oleh ketakutan, dan atau selalu merasa takut ditekan dan ditindas oleh orang lain”. Ungkapan ini memberikan gambaran betapa pentingnya pendidikan dengan penuh kasih sayang.

Ada ungkapan yang menarik disimak ”Guru adalah orangtua anak di sekolah, sedangkan orangtua adalah guru anak dirumah”. Artinya adalah guru dan anak adalah tokoh sentral yang harus sinergi dan paling bertanggung jawab memberikan kasih sayang kepada anak.

Jika di rumah anak tidak mendapatkan kasih saying, maka harapan selanjutnya ada pada sekolah atau gurunya. Kalau gurunya tidak juga peka melihat persoalan ini, maka anak pasti lari keluar mencari figure yang bisa memberikan kasih saying. Ini sangat berbahaya karena dengan jiwa yang labil seperti ini, anak sangat mudah dibujuk, dirayu, dan digiring masuk ke dalam kancah pergaulan bebas.

Seorang guru yang memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, tidak akan sampai hati memulangkan anak yang tidak mampu membayar uang sumbangan pembangunan. Atau anak yang tidak mampu membayar iuran komite, atau anak yang tidak mampu membeli buku. Rasa kasih saying tidak berarti ekuivalen dengan menuruti segala kehendak sang anak. Tetapi pemenuhan kehendak mereka itu harus dengan pertimbangan yang matang.

4. Ucapannya menyejukkan bukan menyakitkan

Tidak dapat dipungkiri, bahwa reformasi telah memberi manfaat yang banyak kepada kita. Tetapi di sisi lain atas nama reformasi, dan atas nama demokrasi juga banyak orang merasa bebas berbicara tentang apa saja, seolah-olah segalanya telah menjadi halal.

Di pundak gurulah diharapkan nilai-nilai agama, budaya bangsa dipertahankan. Melalui kegiatan pembiasaan bertutur yang sopan dan bermakna. Guru diharapkan menjadi pemimpin yang saleh, teladan yang baik, yang senantiasa menyapa dengan ramah dan senyum.

Jika seorang guru mampu menawan hati para siswanya, maka hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan meniru tingkah laku gurunya. Guru adalah pelipurlara di kala duka, penyejuk hati di kala gundah-gulana.

Lebih separuh orangtua dating ke sekolah dengan masalah. Mereka berharap masalah itu bisa cair dan pulang dengan hati yang lapang. Kalau di sekolah justru mereka mendapatkan kata-kata yang menyakitkan, atau pelayanan yang berbelit-belit maka masalah menjadi berlapis.

Jika orangtua menjadi benci kepada sekolah, maka biasanya anak yang jadi korban, tidak sedikit anak putus sekolah karena masalah seperti ini.

Menuntut ilmu adalah kewajiban dari Allah, kewajiban dari rasulNya, dari Negara, dari keluarga, dan bahkan kewajiban untuk anak-cucu kita kelak. Jika banyak anak yang gagal pendidikannya hanya karena kata-kata kasar, kata-kata yang menyakitkan, itu berarti kerugian besar bagi kita semua yang disebabkan oleh hal yang mestinya tidak terjadi. Ini adalah bom waktu yang harus dijinakkan.

 

Suara Hati

Pendidikan. . . .Artikel. . . . Politik . . . . Berita. . . . Puisi. . . .

Contact