SUARA HATI
this site the web

Anak Tidak Cerdas

Oleh : Irwan Pachrozi Ratu Bangsawan

Anda punya anak tidak cerdas? Siapa yang berani-beraninya mengatakan bahwa anak Anda tidak cerdas? Guru anak Andakah? Ataukah pemerintah? Ataukah Mendiknas?

Sungguh merupakan sebuah aib bagi keluarga bila anak yang kita cintai dan kasihi ternyata tidak naik kelas atau tidak lulus ujian nasional. Dunia rasanya mau runtuh. Kasihan si buah hati. Sedih dan malu harus mereka tanggung.

Kasus anak didik yang tidak lulus ujian hingga mencapai angka 100% di suatu sekolah, bukanlah gosip belaka. Dalam kurun lima tahun terakhir, hampir tiap tahun pelaksanaan ujian nasional, ada-ada saja sekolah yang mengalami nasib apes seperti tersebut di depan. Padahal, para guru telah membanting tulang memeras keringat, kaki menjadi kepala dan kepala entah di mana.

Ada apa dengan dunia pendidikan kita? Kok bisa ya kerja keras guru tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan? (Ya, kok bisa, ya?) Apakah kualitas guru sudah sedemikian rendah sehingga tidak mampu membuat para siswa mereka tersenyum sumringah karena lulus ujian nasional? Entahlah!!

Konon, salah satu penyebab banyaknya siswa yang tidak lulus ujian karena para siswa tersebut bukanlah anak yang cerdas. Karena tidak cerdas, maka mereka tidak layak dan tidak pantas untuk lulus dari almamaternya. Seorang anak baru bisa dikatakan cerdas jika ia mampu mengusai semua ilmu yang diajarkan guru, mulai dari matematika, kimia, fisika, biologi, ekonomi, sosiologi, hingga bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Singkat kata, siswa kita adalah siswa yang harus multitalenta, serba bisa dan superman (Apa nggak keblinger para siswa tersebut).
Dunia pendidikan kita harus mengadakan revolusi dalam memandang arti kecerdasan seorang anak. Teori yang diintroduksi Prof. Howard Gardner yang memperkenalkan delapan teori kecerdasan nampaknya dapat menjadi alternatif revolusi tersebut. Intisari teori ini adalah bahwa tak ada seorang anak pun yang memiliki berbagai macam kecerdasan. Kecerdasan satu orang berbeda dengan orang lain. Sepanjang seseorang tersebut mengoptimalkan potensi kecerdasannya, maka ia berhak disebut sebagai anak yang cerdas. Adapun kedelapan kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kecerdasan linguistik (bahasa):

Kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kataa-kata atau bahasa. Penulis, jurnalis, penyair, orator, dan pelawak adalah contoh nyata orang yang memiliki kecerdasan linguistik. Contoh: Chairil Anwar, Soekarno, dan WS Rendra.

2. Kecerdasan logis-matematis:

Kemampuan berpikir dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Para insinyur, ekonom, dan akuntan adalah contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan ini. Contoh: Albert Enstein dan Thomas Alfa Edison

3. Kecerdasan visual-spasial:

Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan Orang yang menggunakan kecerdasan ini antara lain arsitek, seniman, pemahat, pelaut, fotografer, dan perencana strategis. Contoh: Afandi, Picaso, dan Colombus.

4. Kecerdasan musikal:

Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat bernyanyi dengan baik, atau memahami dan mengapresiasi musik, serta menjaga ritme. Ini merupakan bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, dan perekayasa rekaman. Contoh: Ismail Marzuki dan Iwan Fals.

5. Kecerdasan kinestetik-tubuh:

Kemampuan menggunakan tubuh secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para olahragawan, seniman akting dan tari, ahli kontruksi, serta ahli bedah. Contoh: Maradona dan Charli Chaplin.

6. Kecerdasan interpersonal (sosial):

Kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati dan perharian, memperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kemampuan ini dimiliki para guru, fasilitator, pemuka agama dan politisi. Contoh Buya Hamka dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

7. Kecerdasan intrapersonal:

Kemampuan menganalisis diri dan merenungkan diri dan menilai prestasi seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan terdalamnya. Kemampuan ini dimiliki oleh para filosof, penyuluh dan pembimbing. Contoh Plato.

8. Kecerdasan naturalis:

Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan tersebut secara produktif. Kemampuan ini dimiliki oleh para petani, botanis, dan ahli konservasi. Contoh: Charles Darwin.

Nah, berdasarkan teori Gardner di atas, cerdaskah anak Anda?

Catatan: Untuk lebih mendalami ide delapan macam kecerdasan Gardner tersebut di atas, Anda dapat membaca buku Accerelated Learning for the 21th Century karya Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl.

Sumber : situseni.com

 

Suara Hati

Pendidikan. . . .Artikel. . . . Politik . . . . Berita. . . . Puisi. . . .

Contact