SUARA HATI
this site the web

Kualitas Seorang Sarjana Bukan Hanya Ditentukan Perguruan Tinggi

Oleh : Ahmadi Haruna

Berkualitas tidaknya seorang sarjana bukan hanya ditentukan oleh perguruan tinggi tempat ia belajar. Seorang sarjana dikatakan berkualitas optimal jika mampu berperan dalam masyarakat. Prestasi belajar yang dicapai seorang mahasiswa dibangku kuliah baru merupakan bagian dari kualitas seorang sarjana. Dengan demikian realitas masyarakat juga ikut menentukan, apakah seorang sarjana berkualitas atau tidak.
Dalam mengaplikasikan ilmunya ditengah-tengah masyarakat, seorang sarjana seharusnya jangan berhenti belajar. Bila seorang sarjana sampai berhenti belajar, ia akan tertinggal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin mengglobal. Dengan demikian ia akan kurang tanggap dan mampu kurang mampu mengantisipasi realitas yang dihadapi dalam masyarakat.
Sangat disayangkan bila seorang sarjana hanya mau belajar ketika masih menjadi mahasiswa, dan setelah lulus dari perguruan tinggi berakhir pula kewajibannya untuk belajar. Banyak mahasiswa yang belum menyadari jika selesai dari perguruan tinggi, seorang sarjana menghadapi tantangan yang lebih besar. Seorang sarjana akan dituntut menghadapi persoalan rumit yang memerlukan kualitas manusia agar mampu menghadapi realitas masyarakat tersebut.
Seorang sarjana yang berhenti belajar akan ketinggalan ‘kereta’ sebab persaingan di pasaran kerja semakin ketat dari tahun ke tahun. Dalam persaingan di lapangan pekerjaan saat ini sangat membutuhkan manusia berkualitas, untuk itu hanya seorang sarjana yang betul-betul berkualitas akan mampu berperan dalam pembangunan di masa ini dan akan datang.



3 comments:

EF said...

Pak Ahmadi,

Nama saya Aldrik. Salam kenal dan saya berharap kita dapat bertukar pikiran di sini.

Saya tertarik sekali dengan curahan pikiran Anda:
"Dalam mengaplikasikan ilmunya ditengah-tengah masyarakat, seorang sarjana seharusnya jangan berhenti belajar. Bila seorang sarjana sampai berhenti belajar, ia akan tertinggal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin mengglobal."

Ada beberapa rekan saya, yang bersekolah hingga ke jenjang paska sarjana. Mereka lulus dengan predikat sangat memuaskan, magna cum laude. Tidak tanggung-tanggung, mereka jebolan luar negeri. Setelah lulus dan menyandang gelar Master, mereka akhirnya terjun ke dunia kerja dan mulai membangun karir.

Beberapa waktu lalu, kami berbincang-bincang mengenai pengalaman pendidikan kami. Dua dari rekan saya ini kemudian mengatakan bahwa mereka menyesal telah bersusah payah dan menghabiskan banyak dana bersekolah tinggi-tinggi. Apa sebabnya? Menurut mereka, apa yang mereka pelajari saat di sekolah (terlebih dari program sarjana hingga paska sarjana), hanya sedikit sekali yang bisa mereka aplikasikan atau berguna di dunia kerja. Yang ada di pikiran mereka itu adalah bahwa: sekolah itu hanya merupakan sarana untuk mencari gelar, bukan untuk benar-benar mempersiapkan mereka menjadi individu yang siap terjun sebagai profesional.

Saat baru mulai bekerja, mereka mengakui mereka belajar hampir segala sesuatunya dari awal. Yang mereka dapat di sekolah tidak benar-benar berguna.

Pertanyaannya: Apakah hal ini terjadi karena mereka memilih bidang ilmu dan jurusan yang salah saat di sekolah? Karena untuk lulusan ilmu pasti, seperti IT atau kedokteran, apa yang mereka pelajari di sekolah tentunya sebagian besar akan benar-benar diaplikasikan di dunia kerja nyata. Hal ini mungkin juga benar. Tetapi saya tidak dapat menjawabnya.

Tapi saya yakin, banyak juga orang yang berpikir seperti teman saya ini; yang menyesal sekolah tinggi dan menghabiskan banyak biaya, tetapi ilmunya tidak terpakai dan justru mereka harus belajar lagi dari awal.

Saya melihat pengakuan mereka ini seperti ‘serupa tapi tak sama’ dengan buah pikiran Anda. Anda mengatakan bahwa: “Dalam mengaplikasikan ilmunya ditengah-tengah masyarakat, seorang sarjana seharusnya jangan berhenti belajar.” Sedangkan pengalaman teman saya ini menyiratkan bahwa: “Saya harus belajar lagi karena ilmu yang saya pelajari di sekolah tidak dapat saya aplikasikan di tengah masyarakat.”

AWS

Bulo'a said...

@Aldrik :kemungkinan besar latar ilmunya yg didapatkan dibangku sekolah atau kuliah tdk sesuai dengan kegiatan sehari harinya saat ini dlm bekerja.
- kita sdh sependapat belajar memang tidak ada titiknya meski harus belajar disesuaikan dengan kondisi apa yg kita hadapi saat ini dr berbagai sisi kebutuhan. untuk dimaklumi kita harus mampu bertarung dengan weaktu dan mampu bekerja dibawah tekanan orang lain.

Alvin said...

Alvin
"KUALITAS SEORANG SARJANA BUKAN HANYA DITENTUKAN PERGURUAN TINGGI"....
inilah judul tulisan yang saya suka...benar pak sekolah tinggi (S1,S2.S3,es telerrr...sekalipun)tidak mutlak mengubah karakter atau cara berpikir..kalau memang dia sarjana yang berkualitas,kenapa tetap saja banyak mahasiswa yang menganggur..???,.Dimanakah kualitas sarjananya..??ataukah tolok ukur sarjana di ukur dari tingkatan gelar yang mereka dapat..???mungkin penyebabnya karena ini pak :SEKOLAH TIDAK PERNAH MENGAJARKAN BAGAIMANA CARA BERPIKIR,TETAPI SEKOLAH HANYA MENGAJARKAN APA YANG DIPIKIRKAN..)kasihan pak sarjana kita sekarang...

Post a Comment

 

Suara Hati

Pendidikan. . . .Artikel. . . . Politik . . . . Berita. . . . Puisi. . . .

Contact