SUARA HATI
this site the web

Kumpulan Puisi SBY - BOEDIONO

Sumber : Buku Kumpulan Puisi SBY - BOEDIONO
Lonceng Demokrat
Karya : Ahmadi Haruna


CALEG dan MASSA

Pemilu hamil lima tahun
Lahirkan caleg baru,visi dan misi baru dan baju baru
Caleg mengejar massa
Massa lari pontang panting
Caleg menangkap massa
Massa tetap diam
Caleg dekati massa
Massa tetap diam
Caleg membujuk massa
Massa bungkam seribu bahasa
Caleg tawarkan visi misi
Massa tetap bungkam
Caleg gelindingkan janji
Massa tetap bisu
Caleg mencubit massa
Massa tetap diam
Caleg turunkan sembako
Massa mulai mengerling
Caleg merogoh saku
Massa mulai tak diam
Caleg serahkan bingkisan
Massa tak tahan lagi diam
Caleg serahkan amplop
Massa tak diam lagi
Massa tak bungkam lagi
Massa tak bisu lagi
Caleg dan Massa setali tiga uang
Caleg dan Massa antara kursi dan meja makan

Doa Seorang Istri Capres
( Kepada Ibu Any SBY )


Diujung malam
Diatas sajadah tua
Duduk tafakkur
Dikamar mungil
Sepi menikam malam
Air mata jatuh dikebaya
Tanganpun menengadah keatas
Ya, Allah
Beri kekuatan hambamu menghadapi Pilpres
Hindarkan semua fitnah dan huru hara dimasa kampanye
Ya, Allah
Jaga hati simpatisanku yang telah memutuskan
Pilihannya mencoblos nomor urut Dua
Gerakkan hati masyarakat yang belum menetapkan
Pilihannya ke SBY - Berbudi
Ya, Allah
Jangan berikan amanah yang tak dapat dipikulnya
Capaikan segala Visi - Misi dan program aksi
Karena segalanya demi kemaslahatan bangsa
Ya, Allah
Wujudkan Doa dalam puisi ini
Amin

DEMOKRASI

Aku terjebak disebuah ruang
Yang aku tak tahu namanya
Aku tertelungkup disebuah sudut
Yang aku tak tahu namanya
Aku menyeruduk dihirup pikuk manusia
Namun aku lupa peristiwanya
Aku terpelanting disebuah bilik
Yang aku tak tahu penyebabnya
Demokrasi begitu mudah diucapkan
Begitu mudah diperbincangkan
Begitu tajam selisihnya
Demokrasi
Begitu sulit kujamah wajahmu

DEMOKRAT
( Kepada SBY - Berbudi )


Melayang bagai anak panah
Menembus sukma bangsa
Bersemayam dihati warga
Jadi payung dimasyarakat
Menjadi partai pilihan massa
Demokrat
Jangan berhenti gulirkan cinta
Biar cinta tidak tertikam dihati
Jangan berhenti tabur kasih sayang
Biar kasih tidak terkubur sia sia
Demokrat
Kau adalah bulan bagi kami
Maka beri kami harapan
Kau adalah bintang
Maka sinari kami dalam kegelapan
Kau adalah angin
Maka hembuskan kesejukan pada kami
Kau adalah hujan
Maka hapuskan dahaga kami dari terik matahari
Demokrat
Aku cinta engkau

KPU DAN CALEG

Caleg memburu kursi
Massa sembunyikan kursi
Kursi jadi mahal
Partai jadi kurus
KPU tetapkan kursi
Kursi kehilangan kaki
Partai pontang panting
Caleg kepung KPU
KPU tak bisa diam
Panggil pengacara
Panggil polisi
Menjadi kawalan petugas
Petugas kewalahan
KPU jadi tersangka
Angggota KPU dibalik jeruji
KPU riwayatmu kini

KAMPANYE II

Saudara - saudara
Para kader Partai Demokrat yang kami cintai
Mari kita jaga kesatuan dan persatuan
Mari kita kembali lanjutkan perjuangan
yang belum selesai ini.
Hari ini kita berkumpul bersama
Kami yakin semuanya karena ketulusan
Bukan karena Uang bensin
Bukan karena Indo Mie
Bukan Karena paket sembako
Bukan karena baju kaos
Tetapi karena Idelogi Demokrat yang jelas
Karena prestasi Demokrat yang sudah dirasakan
Karena sejumlah perubahan telah dinikmati
Karena kita ingin lebih dari hari ini
Saudara - Saudara
Jangan mau digoda rupiah
Jangan mau dibeli suara anda
Sukuisme bagus
Hubungan emosional perlu
Mendukung sekampung wajar
tamun ujungnya merusak Demokrasi
Saudara - saudara
Contreng SBY - Boediono
Dia punya seonggok cinta
Dia punya sebukit kasih sayang
Saudara saudara
Mari bersama dukung SBY - Boediono
Bukan hanya dibibir namun sampai dibilik TPS

SUARA

Suara itu tersembul dari mulut
Suara itu bertemu gendang telinga
Suara itu keluar dari rongga hati
Suara itu berkeliaran di mall - mall
Suara itu adalah pernyataan sikap
Suara itu semakain tak jelas
Suara itu semakin liar
Suara itu tiba - tiba disegel polisi
Suara kita harus dijaga
Suara kita harus punya nilai
Suara kita adalah suara Demokrat
Suara kita adalah suara SBY Berbudi

JANGAN TIKAM BULAN

Jangan tikam bulan
karena dia pemberi cahaya
Jangan lukai bulan
karena dia adalah harapan kita
Jangan marah pada bulan
karena dia akan sembunyi
Jangan fitnah bulan
karena dia punya bintang
Bulan dan bintang
Semuanya kita butuh




Pendidikan yang tak melupakan anak

Bicara tentang pendidikan, banyak orang terpaku hanya pada unsur akademis yang menjadi tolak ukur dalam kemajuan intelektualitas anak didik. Padahal ada banyak hal yang terkait di dalamnya, mulai dari perkembangan psikologis anak hingga pembentukan pribadi yang berkualitas.
Hal ini tak lepas dari definisi pendidikan itu sendiri, yaitu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Itu sebabnya, pendidikan tak hanya dilihat dari segi pendidikan formalnya saja, tetapi juga perkembangan di bidang lain yang dialami anak. Keseimbangan inilah yang menjadi kartu As bagi setiap orang untuk menjadi seorang yang berkualitas.
Pada dasarnya, setiap anak membutuhkan stimulus untuk perkembangan dirinya sebagai manusia. “Stimulus itu merupakan pendidikan yang tentu saja harus disesuaikan dengan tahap perkembangan psikologi dan kebutuhan anak. Sebagai contoh, anak usia2-3 tahun belum mempunyai kemampuan motorik halus yang terkontrol. Alangkah tidak tepat bila kita memaksakan mereka untuk belajar menulis, maupun hanya membentuk huruf-huruf dasar,” ujar Anna Surti Ariani, Psi, psikolg anak dan keluarga dari Medicare Clnic.
Pasalnya, masih menurut Anna, yang dibutuhkan anak sebelum belajar membaca adalah pengenalan bentuk. Pada usia tersebut, bentuk lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar bisa mulai diperkenalkan. Memasuki usia 3-4 tahun, bisa diajarkan yang lebih sulit, seperti bentuk segi lima atau segi enam. Mengapa demikian? Bentuk-bentuk inilah yang menjadi dasar membuat sebuah huruf. Bentuk lingkaran, misalnya, sama halnya dengan huruf “O”, bila diberi garis sebelah kiri agak panjang, akan membentuk huruf “P”, demikian seterusnya.
Hal ini diamini oleh A Budi Wiryawan, Head of Discipline santa laurensia, “Kami tidak mewajibkan anak di jenjang taman kanak-kanak (TK) untuk mampu membaca dan menulis. Di sini kami tidak tergesa-gesa dalam mendidik anak. Seperti di jenjang TK, kami lebih mempersiapkan anak mempunyai kesiapan belajar ke SD, sehingga lebih ke pembentukan mentalitas anak. Bukan mengajar baca-tulis seperti yang selama ini menjadi tolak ukur dan keinginan banyak orang tua. Di SD kelas 1, pelajaran itu baru di berikan karena secara psikologis anak sudah mampu memahaminya,” ujarnya.
Mendidik anak di usia ini hingga duduk di kelas dua atau 3 SD, masih ditekankan adalah tumbuhnya kesenangan anak untuk belajar, rasa ingin tahu, serta berani berdialog dan mempunyai rasa kepercayaan diri yang cukup untuk menyampaikan sesuatu. Pasalnya, di usia tersebut, kemampuan anak untuk menangkap hal yang bersifat abstrak dan berupa rumusan konseptual belum siap. Membawa hal-hal yang bersifat kongkret ke abstrak bukanlah hal yang mudah. Baru pada kelas 3-4 SD, mereka baru memahami arti aturan, abtraksi, dan lain-lain. Bila tidak dilakukan dengan hati-hati, justru bisa menimbulkan kesalahan konsep yang bisa berakibat fatal pada anak, yang memungkinkan anak menjadi sulit untuk mengembangkan ilmunya lebih lanjut.
Lagipulah, tamba Jeane Budiwati Tjandiagung, Head of Research & Development Santa laurensia, pendidikan yang mampu berjalan selaras dengan perkembangan psikologi anak akan memberi hasil yang lebih maksimal. Jika mendidik anak tidak sesuai dengan perkembangannya akan menjadi percuma, karena mereka justru akan merasa stres dan depresi.
SISWA SEBAGAI FOKUS
Penyelarasan antara pendidikan dan perkembangan psikologi anak tersebut tidak akan berjalan lancar bila tidak diimbangi dengan metode pembelajran yang tepat. Meski sejak dulu pendidikan di fokuskan pada anak didik, namun metode pembelajaran yang di ciptakan justru lebih fokus pada guru, di mana anak diajarkan duduk diam di dalam kelas. Seorang anak yang mampu mengikuti gurunya dengan cepat, dianggap sebagai anak berbakat.
Padahal, seperti yang diungkapkan oleh Purborini Sulistyo, Curriculum Development Head Central School, setiap anak memiliki kondisi yang berbeda. Hal ini pun menuntut adanya metode pembelajaran yang kaya dengan variasi. Sebagai gambaran, ada anak yang lebih peka terhadaphal-hal yang bersifat musik, melalui visual, atau adapula anak yang tak bisa mengerti bila hanya membaca.
“Bakat setiap anak pun berbeda. Tinggal kami sebagai institusi sekolah menggali dan mengasah bakat yang di miliki tersebut, agar anak bisa tumbuh menjadi manusia yang bahagia bagi dirinya sendiri,” tambah Martinus Tukiran, Chief Operating Officer Central School.
Dengan cara lain, Antarina SF Amir, Managing Director High Scope Indonesia, menerangkan bahwa hal itu juga menyangkut dua paradigma besar dalam dunia pendidikan, yaitu paradigma behavioristik dan paradigma konstruktivitis. Cara-cara yang fokus pada guru cenderung mengikuti paradigma behavioristik, sedangkan yang berfokus pada siswa mengikuti paradigma konstruktivitis. Pada paradigma yang disebut terakhir, pembelajaran di lakukan secara kreatif dan produktif, di mana siswa menjadi penemu. Guru bukan satu-satunya pemegang otoritas pengetahuan di kelas, anak bisa di beri kemandirian untuk belajar dengan memanfaatkan beragam sumber belajar yang memadai, diberi peneguhan dan motivasi.
Bertolak dari hal tersebut, kini semakin banyak dikembangkan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada perkembangan siswa atau lebih di kenal dengan sistim student center. Di sini setiap siswa dituntut untuk aktif di kelas, dalam diskusi, maupun dalam pembentukan konsep mereka masing-masing. Jadi, murid lebih bersikap aktif dan guru bertindak fasilitator.
Dengan diarahkan untuk membentuk pemahaman konsepnya sendiri, sifatnya akan lebih bertahan lama bila dibandingkan dengan cara didikte. Cara ini cukup efektif untuk terus menumbuhkan motivasi dan kemauan, serta rasa ingin tahu yang besar kapan sampai kapanpun, sehingga pengetahuan tidak pernah mandek. Beda halnya bila anak lebih banyak dijejali dengan berbagai hal,namun tidak memahaminya secara mendalam.
Dalam metode pembelajaran ini, teori multiple intelligences menjadi salah satu landasan yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar sehari-hari. Yang dimaksud multiple intelligences itu sendiri merupakan pengembangan delapan area kecerdasan, yaitu logika, kata, musik, gerak, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, alam, dan naturalis.
Teori tersebut pun dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk pembelajaran yang diterapkan di setiap mata pelajaran, melalui permainan, dramatisasi, diskusi, maupun percobaan di labolatorium. Misalnya, saat mempelajari bahasa Indonesia, anak dituntut membuat puisi, membacakannya di depan kelas, membuat drama, dan sebagainya. Membuat puisi merupakan bagian dari intrapersonal dan emosi, proses membuat drama bersama teman adalah bagian dari interpersonal dan gerak, dan seterusnya.
Perubahan paradigma ini tentu saja harus selaras dengan pemahaman orangtua dari setiap peserta didik. Bila tidak, anak justru menjadi korban karena bingung untuk menerapkan nilai yang berbeda. Kesadaran ini diperlukan untuk memberikan keseimbangan dan proses tumbuh-kembang anak yang optimal. Seperti yang ditekankan oleh Wiryawan, setiap anak diharapkan tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu menjadi pribadi yang utuh.

Sumber : Kompas



PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

Pendahuluan
Tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan
keluarga bagi perkembangan anak-anak manusia yang pribadi dan berguna bagi
masyarakat. Kita semua tentu telah mengetahui bahwa pengaruh keluarga terhadap
pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anakanaknya
menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi masih menganut
pendirian-pendirian kuno atau kolot.
Keadaan tiap-tiap keluarga berbeda-beda pula satu sama lain. Ada keluarga yang
kaya, ada yang kurang mampu. Dan keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya),
dan ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana yang
tenang dan tenteram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan sebagainya. Dengan
sendirinya, keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa
pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak-anak.
Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala
sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta
peraturan-peraturan dan adat-istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh
dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku
dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya.
Pembahasan

1. Pengertian pendidikan orang tua terhadap anak-Anak.
Pendidikan oraang tua terhadap anak-anak adalah pendidikan yang didasarkan
pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak dan kodrat yang diterimanya. Orang tua
adalah pendidik sejati. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak
hendaknya memberikan kasih sayang yang sejati pula. ”J. J. Roussseau (1712-1778),
sebagai salah satu seorang pelopor ilmu jiwa anak, mengutarakan pula betapa pentingnya
pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan dengan
tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecilnya”. (Ngalim Purwanto, 1995:79).
Dalam hal ini hendaknya kita harus ingat pula bahwa pendidikan berdasarkan
kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan bahaya. Kasih sayang harus dijaga
jangan sampai berubah menjadi memanjakannya. kasih sayang harus dilengkapi dengan
pandangan yang sehat tentang sikap kita terhadap anak.
2. Hal-hal yang perlu dihindari oleh orang tua dalam mendidik anak.

a. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya untuk mandiri.
Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap anaknya
itu masih kecil, belum dapat berbuat atau mengerjakan sesuatu sehungga orang
tua kerap kali melarang anak-anaknya. Larangan merupakan alat mendidik satusatumya
yang lebih banyak dipakai oleh para orang tua terhadap anaknya.
Sebenarnya pendapat yang seperti itu tidak benar. Seorang anak yang selalu
dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil dapat terhambat
perkembangan jasmani dan rohaninya.
b. Jangan memalukan/ mengejek anak-anak dimuka orang lain.
Sangat kita sayangkan pendapat orang tua, bahkan juga gurunya, yang
masih menganggap alat pendidikan yang salah ini sebagai satu-satunya cara
mendidik yang dapat mendatangkan hasil. Padahal anak yang sering ditertawakan
dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan
selalu berhati-hati tidak akan mencoba melakukan yang baru atau yang sukar. Ia
akan menjadi orang yang selalu diliputi oleh keragu-raguan.
c. Jangan selalu membeda-bedakan dan berlaku ”pilih kasih”.
Perlakuan ini terhadap anak-anak dalam keluarga kita, baik antara yang
besar dan kecil maupun antara anak laki-laki dan anak perempuan akan
mengakibatkan kecemburuan dan kompetisi yang negative. Jadi usahakan agar
dalam segala tingkah laku dan perbuatan kita menunjukkan cinta dan kasih
sayang yang merata kepada mereka.
d. Jangan memanjakan anak.
Seorang anak yang dimanjakan akan kurang rasa tanggung jawabnya,
selalu bersandar dan minta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak
sanggup, dan sebagainya. Tidak memanjakan bukan berarti kita tidak
mempedulikannya, karena anak yang tidak dipedulikaan atau kurang terpelihara
oleh orang tuanya, akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak berharga, merasa
diasingkan oleh orang lain, dan sebagainya. Akibatnya, ia akan berbuat
sekehendak hatinya. (Ngalim Purwanto, 1995:85-86).
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami paparkan dapat kami simpulkan bahwa:
1. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orangorang
serta peraturan-peraturan dan adat-istiadat yang berlaku dalam keluarga itu
sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak.
2. Hal-hal yang perlu dihindari oleh orang tua dalam mendidik anak:
a. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya untuk mandiri.
b. Jangan memalukan/ mengejek anak-anak dimuka orang lain.
c. Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku ”pilih kasih”.
d. Jangan memanjakan anak tetapi tidak baik pula jika kita tidak mempedulikannya.
Daftar Pustaka
Purwanto, M. Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis daan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.



Kartini Cilik

Karya : Ahmadi Haruna

Menangis diatas trotoar
Menari dipinggir trotoar
Makan diemper toko
Minum dengan tong kusam

Mata liar memandang arus
Memohon kasih untuk rupiah
Recehan jatuh dikaleng susu
Ibunda siap menghitung untung

Hari ini
Besok – lusa, entah sampai kapan
Ia tetap setia berdiri disana
Ah, kartini cilik
“mari bersekolah”.

Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna

Kartini Jablay

Karya : Ahmadi Haruna

Merasah risih dinegeri sendiri
Hijrah di negara tetangga
Harga diripun tergadai
Karena jarang dibelay

Merana dinegeri sendiri
Nekad melanglang buana
Hiduppun lalu - lalang
Dibelai play boy

Merasa risih dinegeri orang
Pulang dikampung halaman
Sanak keluarga menjemput
Walau tak ada bungkusan berarti

Merana dinegeri orang
Terbang pulang kedesa
Disambut di posyandu
Jadilah pembimbing pra sejahtera

Kartiniku,jangan pergi sebelum mapan
Jangan berangkat sebelum matang
Kamipun siap membelaimu

Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna

Kartini

Karya : Ahmadi Haruna

Kau perempuan yang ulet
Kalahkan lelaki yang berotot
Kau perempuan yang cerdas
Taklukkan lelaki yang kasar

Kau perempuan yang cekatan
Lumpuhkan lelaki yang cerdik
Kau perempuan pembawa obor
Sepanjang jalan tak pernah lelah
Dilapangan tak pernah letih

Terangi sukma yang redup
Sinari nurani yang kelam
Memapah kependakian karier
Demi perubahan masa depan
Demi meraih bulan diatas sana

April 2008
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna

BERINGIN

Seribu benih ditabur
sejuta bibit diluncurkan
semua tumbuh
semua berakar
semua memasyarakat

lupa darat
lupa laut
lupa udara
lupa kolega

Rebah tandus
rata
hangus
berantakan
menjadi kenangan

Beringin riwayatmu kini

Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna
April 2009

Menuju Pendidikan Gratis ( Sebuah Tinjauan)

Oleh : Ahmadi Haruna

Beban pemerintah untuk membiayai pendidikan saat ini – harus diakui tidaklah ringan. Apalagi jika kita kaitkan dengan setumpuk target yang ingin dicapai dibidang pendidikan – terutama dalam rangkaian penyempurnaan sarana – prasarana yang bermuara akan tercapainya mutu. Yang lebih ironis lagi karena masyarakat sangatlah kurang akan pemahaman mengenai subsidi yang diberikan sekolah dari pemerintah. Mereka menganggap segala subsidi itu merupakan tanggung jawab sekolah untuk membiayai pendidikan yang berlangsung . Ia benar- benar ingin lepas tangan akan bantuan atau partisipasi dalam membantu terlaksananya program pembangunan disekolah. Image ini perlu segera diubah – walau dikondisi kini rasanya agak susah namun setahap demi setahap dilakukan sosialisasi – mudah – mudahan ujungnya akan dimengerti.
Kita tak bisa sangkali saat ini masyarakat kita baik yang punya anak didik disekolah tertentu maupun yang tidak punya, sangatlah rendah partisipasinya didalam mendukung program pembangunan dalam arti baik fhisik maupun SDM . Jikalaupun ada presentasenya sangatlah kecil – atau paling tidak karena punya anak atau kepentingan tertentu pada sebuah sekolah.
Salah satu alternatif agar mampu meningkatkan partisipasi dan sekaligus secara pelan- pelan merangsang motivasi guna mengulurkan bantuan di bidang pendidikan yakni Pemkot idealnya mengeluarkan Instruksi, semacam Perda atau apalah namanya yang penting memiliki dasar hukum sebagai payung - untuk meminta bantuan pada sejumlah pengusaha yang akan atau telah melakukan kegiatan usahanya – soal model dan besarnya permintaan terserah bentuknya dan berdasar pada nilai proyek yang dikerjakan .
Alternatif lain, pemkot mengeluarkan edaran internal agar seluruh pejabat Esalon satu dan II serta anggota Legislatif mau menyisihkan pendapatannya. Dan untuk hal ini perlu diberikan instrument khusus akan alasan dan pertimbangan untuk penetapan besarnya bantuan pada dunia pendidikan. Pola ini memang tidaklah sederhana dan tentunya masih perlu diperdebatkan khususnya dalam hal mekanisme penarikan dan sasaran dana yang ditarik. Namun jika wacana ini bisa diwujudkan tentunya dengan kesadaran tinggi untuk membantu perkembangan dunia pendidikan – saya yakin pemkot tak lagi “Gelisah” untuk memikirkan bagaimana setiap tahunnya memberikan bantuan pada setiap sekolah – paling tidak untuk jenjang sekolah dasar dan SLTP.
Yang lebih menarik lagi, jika benar- benar dua alternatif bisa dirumuskan bersama dan dikembangkan - program pemerintah untuk memberlakukan system pendidikan gratis akan bisa terwujud – dan orang–orang yang menyebutnya pendidikan gratis yang didengungkan pemerintah hanyalah sebatas mimpi – ‘akan kecele’.

Kualitas Seorang Sarjana Bukan Hanya Ditentukan Perguruan Tinggi

Oleh : Ahmadi Haruna

Berkualitas tidaknya seorang sarjana bukan hanya ditentukan oleh perguruan tinggi tempat ia belajar. Seorang sarjana dikatakan berkualitas optimal jika mampu berperan dalam masyarakat. Prestasi belajar yang dicapai seorang mahasiswa dibangku kuliah baru merupakan bagian dari kualitas seorang sarjana. Dengan demikian realitas masyarakat juga ikut menentukan, apakah seorang sarjana berkualitas atau tidak.
Dalam mengaplikasikan ilmunya ditengah-tengah masyarakat, seorang sarjana seharusnya jangan berhenti belajar. Bila seorang sarjana sampai berhenti belajar, ia akan tertinggal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin mengglobal. Dengan demikian ia akan kurang tanggap dan mampu kurang mampu mengantisipasi realitas yang dihadapi dalam masyarakat.
Sangat disayangkan bila seorang sarjana hanya mau belajar ketika masih menjadi mahasiswa, dan setelah lulus dari perguruan tinggi berakhir pula kewajibannya untuk belajar. Banyak mahasiswa yang belum menyadari jika selesai dari perguruan tinggi, seorang sarjana menghadapi tantangan yang lebih besar. Seorang sarjana akan dituntut menghadapi persoalan rumit yang memerlukan kualitas manusia agar mampu menghadapi realitas masyarakat tersebut.
Seorang sarjana yang berhenti belajar akan ketinggalan ‘kereta’ sebab persaingan di pasaran kerja semakin ketat dari tahun ke tahun. Dalam persaingan di lapangan pekerjaan saat ini sangat membutuhkan manusia berkualitas, untuk itu hanya seorang sarjana yang betul-betul berkualitas akan mampu berperan dalam pembangunan di masa ini dan akan datang.



INDONESIA

Karya : Ahmadi Haruna

Matahari pagi
Membelai hati
Turun kejantung
Tenangkan sukma

Mentari senja
Melambaikan tangan
Tersenyum
Tawarkan harapan
Dihari esok

Indonesia
Jangan bimbang
Sebab tanahmu subur
Lautmu kaya
Namamu terkenal dimancanegara

Mari bersatu
Jaga kelestarian alammu
Biar anak cucu
Tidak papa di hari tua

Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna

PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang terus-menerus akan menimbulakan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebish suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti kata positif. Makan makanan yang bervariasi (bermacam-macam akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan ditempat asalnya. Mengatur alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang dirumah daripada pergi. Demikian juga dalam proses belajar mengajar . Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

A. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimadsud adalah :

1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai factor memang mempengaruhi. Misalnya factor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang diberikan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu, guru memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinyanya Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak di dalam diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung.
Dalam proses belajr mengajr di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalh bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang sering memperhatikan materi pel;ajran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guiru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya kurang dapt mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negative ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bias jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajr siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar di kelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode yang lain. Misalnya metode diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau cerita.
Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudt kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajr yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.



7 Tips Sederhana Mengelola Emosi dengan Cerdas

1. Ganti fokus! Apa yang kita fokuskan, itu yang berkembang. Saat kita fokus pada mengontrol 'emosi', tak disadari kita justru meletakan fokus pada 'emosi'. Ini seperti pola motivasi NLP yang disebut 'toward' dan 'away'. Ada yang fokus ingin 'bahagia', ada yang fokus tidak ingin 'susah'. Ada yang fokus ingin 'tenang', ada yang tidak ingin 'meledakan emosi'. Perhatikan bahwa linguistik akan memberikan asosiasi yang mempengaruhi proses berperilaku kita secara tidak sadar. Contoh lain, 'saya emosi' dengan 'saya tidak bisa tenang', memancing 2 respon dan asosiasi yang berbeda. Dalam sebuah program dengan sebuah perusahaan swasta, mereka memberikan judul 'Anger Management', yang saya usulkan disesuaikan judulnya menjadi 'Happiness Enhancement'. Ganti fokus, ganti pikiran, ganti perasaan, ganti perilaku, ganti hasil! Jadi daripada fokus pada bagaimana 'mengontrol emosi', kita bisa memikirkan bagaimana 'menikmati ketenangan', atau bagaimana 'meningkatkan kebahagiaan'. Fokus ke salah satu kutub, membuat kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang mendukung fokus kita tersebut dan akan menyebabkan berkurangnya intensitas kutub lain.

2. Berdamai dengan Emosi! Emosi bukan hal yang buruk, bahkan walau yang dimaksudkan adalah marah, kesal, frustrasi, kecewa, dan lain-lain. Di beberapa konteks kita sangat memerlukan emosi. Marah, misalnya, adalah hal yang baik di saat yang bermanfaat. Hanya saja, kadang emosi terfasilitasi di waktu, tempat, dan konteks yang kurang bermanfaat untuk kita. Untuk itu, dibanding berusaha membendungnya, kita bisa berdamai dengan emosi. Untuk ini, bisa dilakukan apa yang di NLP disebut dengan 'Negotiating Parts' atau bernegosiasi dengan bagian-bagian diri kita yang kita anggap muncul tidak pada konteks yang bermanfaat. Cari waktu rileks, dan saat tenang dan rileks, bicaralah dengan diri sendiri dan berdialog secara internal dengan berbagai bagian yang memunculkan emosi. Cari tahu 'NIAT' di balik kemunculan emosi tersebut, karena NIAT-nya pasti baik untuk kita, walau kadang ia muncul di saat yang kurang tepat. Tidak usah mengutuk kehadiran emosi. Sadari saja ia sebagai bagian diri kita, yang punya NIAT baik. Dan negosiasikan kemunculannya dalam situasi yang lebih bermanfaat untuk kita. Bawah sadar kita selalu mau bekerja sama saat kita menghormatinya dan secara spesifik tahu apa yang kita inginkan.

3. Kreasikan mood dengan sengaja! Mood memang akan muncul dengan sendirinya secara acak, kalau kita tidak dengan sengaja mengelolanya. Kita punya program dan struktur bagaimana memunculkan mood, walau kadang kita tidak sadari. Prinsipnya juga sederhana. Anda supply berbagai hal yang bisa membangkitkan mood tertentu di kepala Anda, makan mood akan timbul. Anda isikan berbagai hal yang melawan mood tersebut, maka mood-nya juga akan mundur. Anda memikirkan berbagai hal lain, selain hal-hal yang mendukung kenikmatan melakukan sesuatu, maka Anda pun merasa seolah tidak ada 'mood'. Apalagi ada bayangan betapa menjengkelkannya atau menyusahkannya, atau betapa sulitnya melakukan hal itu. 'Moody' berarti membiarkan bawah sadar yang memilihkan mood untuk kita. Kadang sesuai konteksnya, kadang tidak. Kita sebut 'angin-anginan', karena tergantung angin bertiup kemana. Yang paling menarik adalah yang mood-nya tergantung situasi. Ini menggantungkan sekali respon pikiran dan perilaku pada stimulus dari luar. Ini seperti menyerahkan remote control pikiran kepada orang lain atau situasi. Kuncinya adalah menyadari bagaimana mood kita yang bermanfaat muncul, dan menjalankan strategi yang sama untuk memunculkannya di saat kita butuhkan. Ingin punya mood bermesraan dengan pasangan di malam hari? Pikirkan dari pagi betapa indahnya pertemuan pertama, bayangkan kenangan terindah Anda berdua, isi pikiran dengan semua bayangan bagaimana Anda jatuh cinta dan apa-apa saja yang Anda senangi dari pasangan. Setiap ada waktu, isi pikiran Anda dengan hal itu. Bila perlu, putar lagu kenangan Anda berdua. Dengan 'sengaja' memancing mood seperti ini, Anda tidak akan kesulitan untuk mempunyai mood di malamnya. Ini contoh sebuah proses 'sengaja' menciptakan mood. Sekali lagi, kalau kita tidak dengan 'sengaja' menciptakan mood, maka kita tidak perlu frustrasi mood yang mana yang muncul. Toh kita sendiri tidak mau memilih, bukan?

4. Temukan atau ciptakan Anchor atau berbagai pemicu perasaan senang atau antusias untuk konteks tertentu. Ada yang sadar setiap kali mendengarkan lagu tertentu jadi bersemangat, ada yang dengan membayangkan orang yang dikasihi, ada yang dengan mengucapkan afirmasi atau kata-kata tertentu untuk jadi semangat, ada yang dengan melakukan ritual 1-2 menit untuk menenangkan diri, dll. Di NLP ada sebuah tool bernama 'Godiva Pattern', dinamakan dari sebuah merek coklat yang diklaim terenak di dunia. Metoda ini sangat sederhana, yakni membayangkan coklat ini dan mengasosiasikannya dengan pakerjaan yang tidak kita sukai tapi harus lakukan.
5. Belajarlah 'men-DISTORSI- kan' dan me-REFRAME' situasi. Pada umumnya kita pandai sekali dalam hal distorsi, tapi lebih sering tidak bermanfaat. Sebuah kejadian baik datang, kita distorsikan dengan "Ah! Kebetulan!". Sesuatu yang belum tahu pasti kesulitannya, sudah kita bayangkan, "Pasti akan sulit sekali!". Kalau kita belajar mengarahkan pikiran kita sesuai manfaat, otomatis emosi kita terkelola dengan baik. Misalnya saat kita belum berhasil melakukan sesuatu, kita bisa distorsikan "Ah! Kebetulan saja, saya lebih hebat dari ini!" atau "Kali berikut pasti lebih baik!". Kita tidak pernah tahu apakah kali berikut memang lebih baik atau tidak, tapi mendistorsikan ke arah yang positif, membuat kita lebih bersemangat dan antusias dalam melakukan yang berikutnya.

6. Terapkan 'prinsip' berpikir yang sehat untuk setiap interaksi dengan orang lain. Salah satu favorit saya adalah bahwa "Tidak setiap orang dapat memfasilitasi NIAT baiknya, dan cukup sering malah tampak tidak baik karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, atau karena belief yang kurang bermanfaat". Dengan 'prinsip' berpikir seperti ini, kalau saya menghadapi sesuatu yang tidak mengenakan dari orang lain, yang saya pertanyakan adalah perilaku orangnya, bukan NIAT-nya. Karena saya percaya bahwa NIAT orang tersebut tidak dapat terfasilitasi dengan baik olehnya, karena keterbatasannya tersebut. Dan kalau saya ladeni dengan cara atau perilaku yang sama, berarti saya menunjukkan keterbatasan yang sama. Saya menemukan bahwa mengkonfrontasi atau meng-intersepsi perilaku seseorang jauh lebih efektif dan produktif dibanding membicarakan NIAT orang tersebut, yang toh tidak pernah kita ketahui secara pasti. Prinsip lain, misalnya "Tidak ada kegagalan, hanya masukan". Jadi setiap menghadapi apa yang disebut orang sebagai kegagalan, saya hanya berkata dalam hati "Masukan apa yang bisa saya ketahui dari situasi ini?". Secepat itu pula saya kembalikan ketenangan dan antusiasme melangkah maju. Anda pun bisa menemukan berbagai 'prinsip' berpikir yang bermanfaat. Intinya bukan seberapa banyak prinsip yang Anda punyai, tapi seberapa konsisten Anda dalam mengaplikasikannya. Di NLP, prinsip ini dikenal sebagai 'PRESUPPOSITION'.

7. Isi pikiran dengan sengaja! Anda tidak isi pikiran Anda, maka bawah sadar setiap saat bisa memunculkan apapun secara acak, yang belum tentu Anda inginkan. Kalau Anda sedang dilanda tantangan emosional yang tinggi, maka besar kemungkinan hal ini yang akan sering dimunculkan secara otomatis. Kita hanya bisa fokus pada satu hal, karena itu yakinilah kita memilih yang membuat kita bersemangat dan happy! Pikirkan dengan sengaja hal-hal yang membahagiakan dan menyenangkan. Bahkan saat Anda mempunyai waktu melamun atau menghayal.

Ada banyak sekali ilmu dan konsep di luar sana yang efektif dipergunakan untuk mencerdaskan pengelolaan emosi kita. Selain NLP dan hipnosis, ada yoga, EFT, meditasi, Zen, Ayurveda, ESQ, dll. Pilihlah satu yang 'works' atau efektif untuk diri kita. Karena tidak semua teknik manjur dan efektif untuk semua orang.
Semoga bermanfaat.

Have a positive day!

Hingdranata Nikolay




'ANEH' BEBERAPA PERATURAN DI DUNIA

Peraturan dibuat untuk membuat suasana pada masyarakat berjalan dengan aman dan damai, bagaimanapun juga kadang-kadang di beberapa negara, terdapat peraturan” yang menurut kita agak tidak lazim, berikut peraturan tersebut :

AMERIKA :

WASHINGTON
:
a. Dilarang menyusui anak di tempat umum.
b. Dilarang menari dan minum di waktu bersamaan.

FLORIDA
:
a. Konstitusi Negara menjamin babi-babi hamil bebas dari ancaman penjara, untuk tindakan apapun yang mereka lakukan.
b. Denda akan diberikan pada wanita yang tertidur saat rambutnya di-hair dryer, kecuali dia adalah pemilik salon.
c. Dilarang bernyanyi di depan umum sambil mengenakan pakaian renang.
d. Dilarang kentut di tempat umum setelah jam 6 sore.
e. Dilarang memecahkan piring dan gelas lebih dari 3 buah sehari.

ALASKA :
a. Dilarang memfoto beruang yang lagi tidur.
b. Dilarang mengikat anjing peliharaan di atas kap / atap mobil.
c. Dilarang memberi minum bir pada rusa.
d. Dilarang berjalan-jalan sambil membawa busur dan anak panah.

CONNECTICUT :
a. Dilarang mengendarai sepeda dengan kecepatan lebih dari 90 km / jam.
b. Pria dilarang mencium istrinya di hari Minggu.
c. Mobil pemadam kebakaran tidak diizinkan ngebut lebih dari 40 km / jam, walau sedang menuju ke lokasi kebakaran
sekalipun.
d. Penata rias / kecantikan dilarang bersiul, berdendang, ataupun bernyanyi saat melayani pelanggan.

COLORADO
:
a. Dilarang berdebat dengan polisi, kecuali kendaraan Anda dihentikan olehnya.
b. Dilarang mendirikan bangunan di tengah jalan.

NEW YORK :
a. Dilarang menyapa orang sambil ngupil.
b. Dilarang mengenakan sandal setelah lewat jam 10 malam.
c. Pria dilarang keluar dengan mengenakan jaket dan celana yang gak matching.
d. Pria dilarang keluar rumah topless (tidak mengenakan baju atasan). - telah diberlakukan sejak tahun 1900 -
e. Dilarang menyeruput sup.
f. Dilarang makan sambil berenang di lautan.

CALIFORNIA :
a. Binatang peliharaan dilarang dibiarkan berhubungan intim di sekitar lokasi sekolah, taman, dan tempat ibadah.
b. Wanita dilarang mengendarai mobil mengenakan daster.
c. Mobil tanpa pengemudi dilarang ngebut di jalan.
d. Dilarang bersepeda di kolam renang.
e. Dilarang mengenakan sepatu boot koboi, kecuali Anda memelihara sapi minimal 2 ekor.
f. Dilarang memelihara binatang berwarna hijau dan berbau menyengat.
g. Dilarang bermain bowling di trotoar.

ARKANSAS
:
a. Pria diizinkan memukuli istrinya, tapi tidak boleh lebih dari 1 kali sebulan.
b. Dilarang memelihara buaya di dalam bathtub.
c. Pria dan wanita yang ketahuan saling menggoda di tengah jalan, akan dikenakan 30 hari penjara.
d. Dilarang membawa sapi berjalan-jalan di jalan utama setelah lewat jam 1 dini hari di hari Minggu.

ARIZONA :
a. Pemerintah Arizona melarang para pemburu melakukan aktivitas pemburuan onta di Arizona.
(nb : Onta tidak hidup di Arizona )
b. Dilarang menirukan gaya Pendeta / Pastor setempat.
c. Dilarang mengendarai mobil tanpa sepatu.
d. Dilarang bermain domino di hari Minggu.
e. Dilarang memakai kumis palsu di gereja.
f. Hukuman mati diberlakukan bagi siapapun yang menaburkan garam di atas rel kereta api.
g. Dilarang mengendarai mobil dengan mata tertutup.

ISRAEL :
a. Dilarang memelihara babi di tanah Israel . Orang yang melakukannya akan ditembak mati.
b. Dilarang ngupil di hari Sabat (Sabtu / Minggu).
c. Dilarang naik sepeda, kecuali punya izin mengendarai sepeda.

PERANCIS :
a. Dilarang berciuman di kereta bawah tanah.
b. Dilarang menamai babi peliharaan Anda “Napoleon”.

KANADA :
a. Dilarang mencopot plester luka di tempat umum.
b. Dilarang menyirami tananam di kebun saat sedang hujan.
c. Dilarang pipis di semua tempat di Kanada (kecuali toilet rumah Anda sendiri).
d. Dilarang memanjat pohon.

YUNANI
:
a. Dilarang mengenakan topi di stadium olahraga, karena dapat mengganggu pandangan orang lain.
b. Hanya anak cerdas yang boleh kuliah (dan ini harus bisa dibuktikan dengan ijazah ujian Negara yang diterimanya)

AUSTRALIA :
a. Anak-anak berusia di atas 18 tahun (dibawah 21) dilarang membeli rokok, tapi diizinkan merokok.
b. Dilarang mengangkat telepon pada deringan pertama.
c. Hanya Petugas Listrik berizin yang boleh mengganti lampu rumah.
d. Dilarang mengenakan celana Hot Pink di hari minggu.

ITALIA :
a. Pria yang mengenakan rok mini di tempat umum dikenakan hukuman kurungan.
b. Memukul orang dengan kepalan tangan diancam hukum pidana penganiayaan. Tapi menghajar orang dengan meja dan
kursi dapat dianggap membela diri.

MEKSIKO :
a. Wanita yang bekerja di kantor pemerintahan dilarang mengenakan rok mini atau pakaian yang dapat “memprovokasi” rekan
kerja selama jam kerja.
b. Dilarang memaki di tempat umum.

UNITED KINGDOM :
a. Dilarang menjual sayuran di hari minggu kecuali wortel.
b. Wanita dilarang makan coklat di tempat umum.
c. Mengambil barang yang dibuang, dapat diancam hukuman Pidana Terorisme.

SINGAPURA
:
a. Dilarang menjual Permen karet di Singapura.
b. Dilarang berjalan tanpa busana (bugil)
c. Tidak menyiram setelah buang air di toilet, dapat dikenakan denda.
d. Jika Anda tertangkap basah meludah sebanyak 3X, Anda diwajibkan membersihkan jalan di hari Minggu dengan
menenteng tulisan di dada “I am a Litterer” (Saya seorang Peludah)
e. Dilarang pipis di dalam lift / elevator.

KOREA SELATAN :
Para polisi wajib melaporkan jumlah uang suap yang mereka terima dari para pengendara yang mereka tilang.

SWEDIA :
Dilarang mengecat rumah tanpa ijin dari pemerintah dan harus menggunakan cat yang sudah mendapat sertifikat / ijin dari pemerintah.

SWISS :
a. Dilarang berkebun di hari minggu.
b. Walau warga Swiss dilarang menjual, membeli, menyelundupkan, dan memproduksi minuman beralkohol, tapi mereka diizinkan untuk mengkonsumsinya.

FILIPINA :
Untuk mengurangi tingkat kemacatan lalu lintas kota Manila , ditetapkan bahwa :
Kendaraan bernomor akhir 1 atau 2 tidak diizinkan beroperasi di hari Senin.
Sedangkan angka 3 & 4 tidak boleh di hari Selasa, 5 & 6 tidak boleh di hari Rabu, 7 & 8 tidak boleh di hari Kamis, 9 & 0 tidak boleh di hari Jumat. Peraturan ini berlaku sejak pukul 07.00 pagi setiap harinya.

THAILAND :
Dilarang keluar rumah tanpa mengenakan celana dalam.

Kalau di Indonesia kira- kira peraturan 'aneh'nya apa ya. . ?

Masalah Pendidikan Menurut Nelson Tansu

Sedikit tentang Prof. Nelson Tansu, PhD (kelahiran 20 Oktober 1977), dia adalah salah satu dari sedikit anak muda
Indonesia yg sukses di bidangnya. Dari hasil wawancaranya dengan pembelajar.com ada beberapa hal yg bisa dijadikan
benang merah masalah pendidikan di Indonesia.

Beberapa kali dia mengatakan persoalan utama yg membuat pendidikan di Indonesia tertinggal jauh adalah:Kurang
optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di lapangan yg disebabkan sulitnya
menyediakan guru2 berbobot untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari
kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Implementasi pendidikan yg kurang
benar.
Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang
sehingga profesi ini tidak begitu dihargai dan dipandang sebelh mata.Kultur belajar bukanlah masalah utama tetapi kultur
masyarakat secara keseluruhan karena tidak disadarinya pendidikan adalah investasi bangsa.Terlalu seringnya sistem
pendidikan digonta-ganti tergantung kondisi politik, padahal itu bukanlah masalah utama, yg menjadi maslah utama
adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.Kurangnya pemerataan di daerah.

Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yg belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yg disediakan pemerintah.Yah dari semua point yg diungkapkan Nelson Tansu itu sudah disadari oleh semua pihak mulai pakar
pendidikan, pemerintah, dan orang tua siswa/mahasiswa. Tapi mengapa mereka terutama pemerintah terkesan enggan
untuk menginvestasikan APBN-nya untuk pendidikan. Apa mungkin tidak percaya terhadap pengelolah pendidikan, yg
memang hobi memanipulasi itu? Atau pura-pura tidak tahu karena garapan pendidikan hasilnya tidak bisa segera dilihat
selama masa kekuasaannya? Atau karena memang sudah diketahui bahwa dana besar kalo guru tidak berbobot
hasilnya tetep nol? Tapi kalo iya mengapa rekrutmen pendidik yg saat ini saya rasa lebih buruk tetep dilanjutkan gara2
desekan arus bawah.

Saat ini guru banyak direkrut dari lulusan S-1 non pendidikan yg kemudian membeli “akta IV” di “kampus kali lima” dengan hanya membayar kisaran 2 juta saja.Banyak sekali kegiatan yg dilakukan depdiknas untuk meningkatkan bobot guru, tetapi tindak lanjut yg nol besar dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi, atau apalah namanya. Jadi terkesan (atau memang bener yah) yg penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya yah terserah mau kinerja lebih baik atau tidak mereka gak perduli.Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Pendidikan jika dipolitisir maka sampai kapanpun pendidikan Indonesia sulit untuk maju.

Yah memang ada beberapa sekolah sudah terpandang, namun dibandingkan populasi sekolah yg ada sangat tidak
singnifikan.Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah
itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan
membaik jika gurunya berbobot dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Sumber : urip.wordpress

Masalah Pendidikan Bukan Semata Tergantung Besarnya Anggaran

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan persentase dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) untuk dialokasikan bagi pembiayaan pendidikan. Niat baik di balik amandemen itu adalah kesadaran bahwa
dunia pendidikan memerlukan pembenahan yang mendasar dan sungguh-sungguh.

Anggaran pendidikan telah meningkat demikian besar. Alokasi APBN untuk Depdiknas merupakan alokasi paling
besar yang diberikan kepada lembaga pemerintahan, kenaikannya sangat signifikan. Namun tentu saja masalah
pendidikan bukan semata-mata tergantung kepada besarnya anggaran, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan Simposium Nasional Pendidikan dan Ketenagakerjaan di Istana Negara, Jakarta pada hari ini.

Hadir mendampingi Presiden SBY pada pembukaan simposium Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo serta
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno. Simposium dengan tema Menentukan Arah Pembangunan
Nasional digagas oleh organisasi kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia ( GMNI ); Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI); dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM).Presiden SBY menyampaikan, hal-hal lain yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan perlu dibenahi. Menurut dia,perlu membangun fasilitas pendidikan yang memadai. Selain itu, menyediakan tenaga guru dan dosen yang memiliki
kualitas serta kemampuan yang tinggi. Lebih dari itu, lanjut dia, kurikulum pendidikan nasional juga harus terus menerus
dilakukan evaluasi agar tetap sejalan dengan kebutuhan perubahan zaman dan tantangan masa depan. Agar
output pendidikan sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja yang tersedia di negeri kita, baik di sektor pertanian,
industri, maupun di sektor jasa, ujarnya.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya, kata SBY, adalah menyadarkan para orang tua tentang betapa pentingnya
pendidikan bagi anak-anak mereka. Sesungguhnya hanya pendidikan lah yang akan mampu mengubah masa
depan seseorang. Setiap orang tua hendaknya berpikir bahwa nasib anak-anak mereka lebih baik dari nasib mereka
sekarang katanya.

SBY mengatakan, sekarang pemerintah telah membebaskan biaya pendidikan bagi keluarga miskin. Pemerintah juga
telah memberikan bantuan operasional sekolah ( BOS ) agar kendala biaya dan fasilitas pendidikan dapat diatasi. Di berbagai daerah bahkan, yang saya kunjungi, yang saya cek di lapangan, pemerintah daerah telah membebaskan biaya pendidikan hingga jenjang SMA. Demikian juga kesehatan, diharapkan makin berkualitas, murah, dan gratis. Rakyat miskin bebas berobat di Puskesmas dan di rumah sakit kelas III , ujarnya.
Lebih lanjut SBY mengatakan dunia pendidikan dan dunia ketenagakerjaan adalah dua dunia yang saling berhubungan
secara fungsional. Menurut dia, masalah yang terjadi pada dunia ketenagakerjaan tidak dapat dilepaskan dari masalah
yang terjadi pada dunia pendidikan. Dunia ketenagakerjaan memiliki paradigma dan logika tersendiri yang dalam
prakteknya tidak selalu sejalan dengan paradigma dan logika dunia pendidikan. Dan ini bukan hanya di negeri
kita, ujarnya. Lebih jauh SBY mengatakan pertumbuhan dunia ketenagakerjaan tidak pula selalu berbanding lurus dengan
pertumbuhan dunia pendidikan. ”Itulah sebabnya kita harus terus mencurahkan perhatian dan pemikiran untuk
merumuskan sistem kebijakan dan formula yang tepat agar dapat mensinergikan dua dunia yang berbeda namun saling
terkait ini, katanya.

Setiap tahun, kata SBY, pasar tenaga kerja dibanjiri jutaan tenaga kerja baru. Dia mengatakan, jumlah angkatan kerja
baru jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya selalu mengalami kesenjangan. Angkatan kerja
bertambah terus, baik yang berpendidikan SMA maupun sarjana, bahkan lulusan SMP dan SD. Menurut dia, hal ini
bukan semata-mata disebabkan oleh kurang sesuainya pendidikan dan ketenagakerjaan, tetapi juga karena tidak
mudahnya membuka lapangan pekerjaan baru. Membangun dan memperluas lapangan kerja harus dikerjakan
bersama-sama oleh pemerintah dan dunia usaha, katanya. Kepada peserta yang hadir, SBY mengajak untuk mengembangkan segitiga tanggung jawab, yakni pihak pemerintah, lembaga pendidikan, dan pasar tenaga kerja atau jasa yang menyerap hasil pendidikan.* **

Sumber : www.depdiknas.go.id




GOLPUT

Karya : Ahmadi Haruna

Hari pemilu
Seorang lelaki setengah baya
Santai diberanda
Secangkir kopi ditangan kiri
Sebatang rokok ditangan kanan

Ketika ditanya hari apa hari ini
Dia tersenyum
“Hariku,hari orang-orang Golput,hari orang yang tidak diberdayakan “ jawabnya

Hidup Golput,Hidup golput, tandasnya



5 Nopember 2007
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna



Cara Memprioritaskan Kuantitas dan Kualitas Pendidikan

Kuantitas dan kualitas pendidikan harus diprioritaskan secara seimbang. Yang sering terjadi adalah kuantitas yang tinggi akan mengurangi kualitas atau sebaliknya kualitas yang tinggi dapat mengurangi kuantitas. Karena itu dalam pembiayaan pendidikan perlu adanya asumsi yang berlaku secara umum:

Pendidikan untuk semua. Penyediaan pendidikan dasar yang proporsinya lebih besar dan sekolah menengah bagi yang melanjutkan serta perguruan tinggi yang memadai.
Ketetapan berlaku seluruh warga. Ketetapan dirancang dan berlaku untuk memenuhi kebutuhan setiap orang.

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Kesempatan diberikan untuk semua warga negara dalam memperoleh kesempatan pendidikan dan mutu pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan.

Peluang pendidikan harus disiapkan. Masyarakat berhak untuk memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya dengan fasilitas negara.

Sekolah dasar dan menengah harus didukung oleh dana melalui perpajakan publik
Perlakuan yang khusus bagi mereka yang ingin mengirimkan anaknya ke perguruan tinggi

Masing-masing status perlu menyediakan hukum dan konsekuensinya dalam mendukung keuangan yang cukup

Masing-masing warga negara turut mendukung dengan kemampuannya pada sekolah negeri dan institusi yang lebih tinggi,

Untuk memprioritaskan kualitas dan kuantitas pendidikan ini, masing-masing sekolah mempunyai prioritas pembiayaan yang berbeda-beda. Menurut Bobbit (1992), sekolah secara mandiri dan berkewenangan penuh menata anggaran biaya secara efisien, karena jumlah enrollment akan menguras sumber-sumber daya dan dana yang cukup besar. Penggunaan biaya yang tidak perlu dihindari. Efektifitas pembiayaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi, program kegiatan tidak hanya dihitung berdasarkan biaya tetapi juga waktu, dan amat penting menseleksi penggunaan dana operasional, pemeliharaan, dan biaya lain yang mengarah pada pemborosan.
Perhitungan kuantitatif yang dapat digunakan untuk melihat efisiensi dan efektifitas internal antara lain digunakan pertimbangan rata-rata lama waktu belajar (average study time) yang dihabiskan oleh lulusan dalam satu periode tertentu. Banyaknya waktu yang dihabiskan oleh siswa (pupil year wasted) sebagai pemborosan, hal tersebut terjadi antara lain karena pengulangan kelas, putus sekolah, dan berhenti sementara. Waktu yang dibutuhkan sekolah (years input pe graduate) untuk menghasilkan lulusan yang normal maupun mengulang. Schultz (1963) mengemukakan output dapat diilustrasikan seperti ketrampilan dasar, ketrampilan pekerjaan, kreatifitas, bakat dan lainnya. Output ini menjadi gambaran bahwa ketrampilan dan pengetahuan melalui proses pendidikan perlu dukungan biaya. Ketersediaan anggaran untuk pengelolaan satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan menjadi penting untuk membangkitkan kinerja (meningkatkan kualitas) sekolah agar menjadi lebih baik.

Strategi yang ditempuh sehingga terpenuhi biaya pendidikan yang direkomendasikan oleh UU No. 20 tahun 2003 Sispenas Pasal 46 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan undang-undang tersebut penyediaan anggaran pendidikan menjadi tanggung jawab negara baik pemerintah pusat yang bersumber dari APBN maupun pemerintah propinsi yang bersumber dari APBD dan pemerintah kabupaten/kota yang juga bersumber dari APBD, sehingga masing-masing perlu adanya wewenang yang jelas. Selain itu untuk menggalang peran serta masyarakat perlu adanya suatu sistem yamg mendukung atau memberikan ruang gerak kepada sekolah untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasinya. Saat ini yang terjadi di negara kita, untuk sekolah negeri, apabila kekurangan dana karena suplay dari pemerintah terbatas, maka sekolah cenderung menunggu alokasi dana berikutnya dari pemerintah. Jika sekolah berinisiatif untuk mengatasinya dengan dana diluar alokasi pemerintah, tidak ada aturan yang membenarkannya. Seandainya sekolah mampu mengakses dana yang bersumber non pemerintah, pekerjaan tersebut dianggap negatif, karena tidak legal.

irwanparawansa@gmail.com



KATANYA

Karya : Ahmadi Haruna

Katanya Indonesia lumbung padi
Tapi warga tuna wisma masih beratus ribu
Katanya masyarakat Indonesia ramah tamah
Tapi badik masih saja mudah bicara

Katanya Agama adalah pijakan
Tapi masjid masih saja melompong diwaktu shalat
Katanya masyarakat Indonesia tertib lalu lintas
Namun pengendara nyelonong dimana – mana

Katanya Indonesia panoramanya indah
Tapi pantainya masih jadi bak sampah
Katanya masyarakat Indonesia punya disiplin tinggi
Sayang budaya antri belum merata

Katanya,
Kata yang bukannya zamannya lagi diucapkan
Katanya adalah kata pembohong yang paling muslihat
Katanya, kata harus dibungkam ucapannya

Kata ‘KATANYA’ adalah PR buat Presiden baru



September 2007
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna



Terima kasih ya…Allah

Karya : Ahmadi Haruna

Disini aku bersujud padaMU
Setelah perjuangan yang manantang dan melelahkan
Telah terlewati.
Melambung tinggi menembus cakrawala
Semua orang menatap
Semua orang bersua kecil “Ini adalah kebenaran”

Kebenaran yang terucap akan banyak ummatNYA
Kebenaran yang terlontar tulus akan menjadi kenyataan
Kebanaran yang terungkap dari nurani
Akan berbuah sebuah berkah

Kemenangan adalah kebenaran
Dan kebenaranmu kami luncurkan
Terimakasih Ya…Allah
Terima kasih atas campur tanganMU



l5 November 2007
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna






Rakyat sebagai Kekasih Sejati

Beberapa bulan sebelum Indonesia masuk 2009, orang saling bertanya: "Siapa ya, sebaiknya presiden kita nanti?" Kemudian mereka menyebut sejumlah nama, membandingkannya, memperdebatkannya,atau membiarkan nama-nama itu berlalu dalam dialog yang tak selesai.

Atmosfer dialog tentang calon presiden diwarnai oleh berjenis-jenis nuansa, latar belakang ilmu dan pengetahuan, kecenderungan budaya, fanatisme golongan, pandangan kebatinan, juga berbagai wawasan yang resmi maupun serabutan. Namun, semuanya memiliki kesamaan: perhatian yang mendalam kepada kepemimpinan nasional dan cinta kasih yang tak pernah luntur terhadap bangsa, tanah air, dan negara.

Itu berlangsung ya di warung-warung, bengkel-bengkel motor, serambi masjid, gardu ronda, juga di semua lapisan: kantor-kantor profesional, ruangan-ruangan kaum cendekiawan, istana-istana kaum pengusaha, termasuk di sekitar meja- meja pemerintahan sendiri. Ketika saatnya tiba, mereka memilih: ada yang berdiam diri bergeming dari posisinya sekarang bersama pemerintahan presiden yang sedang berkuasa. Ada yang menoleh ke kemungkinan mendulang harapan ke pemimpin tradisional. Ada yang merapat ke pemimpin yang pernah memimpin dan kembali mencalonkan diri. Atau kepada kemungkinan lain: pergerakan terjadi ke berbagai arah, lama maupun baru. Dan, semuanya selalu sangat menggairahkan.

Memiliki Pola Kearifan

Rakyat Indonesia, entah apa asal-usul genealogis dan peradabannya dahulu kala, memiliki pola kearifan, empati dan toleransi, serta semacam sopan santun yang khas dan luar biasa. Bagi rakyat, Ibu Pertiwi itu semacam Ibunya, Negara (KRI) itu semacam Bapaknya, dan pemerintah itu kekasihnya. Kekasih yang selalu disayang, dimaklumi, dimaafkan. Suatu saat rakyat bisa sangat marah kepada pemerintah, tetapi cintanya tetap lebih besar dari kemarahannya sehingga ujung kemarahannya tetap saja menyayangi kembali, memaklumi, dan memaafkan.

Rakyat Indonesia sangat tangguh sehingga posisinya bukan menuntut, menyalahkan, dan menghukum pemerintahnya, melainkan menerima, memafhumi kekurangan, dan sangat mudah memaafkan kesalahan pemerintahnya. Bahkan, rakyat begitu sabar, tahan dan arifnya tatkala sering kali mereka yang dituntut, dipersalahkan, dan dihukum oleh pemerintahnya. Itulah kekasih sejati.

Kekasih sejati memiliki keluasan jiwa, kelonggaran mental, dan kecerdasan pikiran untuk selalu melihat sisi baik dari kepribadian dan perilaku kekasihnya. Prasangka baik dan kesiagaan bersyukur selalu menjadi kuda-kuda utama penyikapannya terhadap pihak yang dikasihinya. Kekasih sejati tidak memelihara kesenangan untuk menemukan kesalahan kekasihnya, apalagi memperkatakannya. Kegagalan kekasihnya selalu dimafhuminya, kesalahan kekasihnya selalu pada akhirnya ia maafkan.
Puncak kekuatan dan cinta rakyat Indonesia, si kekasih sejati, kepada pemerintahnya, adalah menumbuhkan rasa percaya diri kekasihnya, menjaga jangan sampai kekasihnya merasa tak dibutuhkan. Rakyat Indonesia selalu memelihara suasana hubungan yang membuat pemerintah merasa mantap bahwa ia sungguh-sungguh diperlukan oleh rakyatnya. Rakyat Indonesia selalu bersikap seolah-olah ia membutuhkan pemerintahnya, presidennya, beserta seluruh jajaran birokrasi tugas dan kewajibannya. Bahkan, rakyat mampu menyembunyikan rasa sakit hatinya agar si pemerintah kekasihnya tidak terpuruk hatinya dan merasa gagal.

Lebih dari itu, meski sering kali rakyat merasa bahwa keberadaan pemerintahnya sebenarnya lebih banyak mengganggu daripada membantu, lebih banyak merugikan daripada menguntungkan, atau lebih banyak mengisruhkan daripada menenangkan, rakyat tak akan pernah mengungkapkan kandungan hatinya itu, demi kelanggengan percintaannya dengan pemerintah si kekasih.

Rakyat sangat menjaga diri untuk tidak mengungkapkan bahwa siapa pun presiden yang terpilih nanti tak akan benar-benar mampu menyelesaikan komplikasi masalah yang mengerikan yang mereka derita. Rakyat tidak akan pernah secara transparan menyatakan bahwa seorang presiden saja, siapa pun dia, takkan sanggup berbuat setingkat dengan tuntutan dan kebutuhan obyektif rakyatnya meski disertai kabinet yang dipilih tanpa beban pembagian kekuasaan dan berbagai macam bentuk kolusi, resmi maupun tak resmi.

Begitu banyak yang mencalonkan diri jadi presiden dan situasi itu ditelan oleh rakyat dengan keluasan cinta. Rakyat melakukan dua hal yang sangat mulia. Pertama, menyimpan rahasia pengetahuan bahwa di dalam nurani dan estetika peradaban mereka: pemimpin yang tidak menonjolkan diri dan tidak merasa dirinya adalah pemimpin sehingga ia tidak mencalonkan diri menjadi pemimpin, sesungguhnya lebih memberi rasa aman dan lebih menumbuhkan kepercayaan dibandingkan pemimpin lain yang merasa dirinya layak jadi pemimpin sehingga mencalonkan diri jadi pemimpin.

Kemuliaan kedua yang dilakukan rakyat adalah jika pemilu tiba, mereka tetap memilih salah seorang calon pemimpin karena berani menanggung risiko hidup yang tidak aman. Keberaniannya menanggung risiko itu mencerminkan kekuatan hidupnya, yang sudah terbukti berpuluh-puluh tahun di rumah negaranya.

Emha Ainun Nadjib
Dimuat di Kolom Opini Harian Kompas 6 Januari 2009
http://www.artikel-indonesia.co.cc/2009/02/rakyat-sebagai-kekasih-sejati.html



"Anak" tak Jelas, Pancasila pun Makin Kabur

Oleh: Basri, Catatan Monolog Ahmadi Haruna, "Kubelah Jantungku"

DARI pojok kanan luar Kafe Kaisar, Makassar, berteriak seorang laki-laki. Ia mempertanyakan kondisi di dalam ruangan yang dihadiri para pejabat. Hadirin tersentak.Soalnya, hadirin menunggu-nunggu agak lama pemeran monolog "Kubelah Jantungku" itu muncul dari depan, tapi tiba-tiba justru datang dari belakang penonton. Sosok lelaki bernama Ahmadi Haruna itu pun menyeruak ke tengah-tengah penonton sambil membawakan monolognya. Ia langsung naik pentas.

Hening sejenak. Ahmadi memecahkan kepenasaranan hadirin dengan menjelaskan perannya. Ia "tiba-tiba" menjadi pembawa acara seraya menyapa para pejabat yang menjadi tetamu dalam resepsi Ulang Tahun ke-41 SKU Tegas Makassar itu. Ahmadi juga mengumumkan para penyanyi yang akan mengisi acara hiburan.

Tentu saja setelah pertunjukan monolog karya Ahmadi Haruna dalam acara Minggu malam, 27 Januari itu.

Keaktoran Ahmadi tampak jelas dalam adegan ini. Dengan karakter khasnya, ia beralih peran. Ekspresi peraih aktor terbaik dalam Festival Teater Sulsel 1987 ini kembali pada sosok tua. Kali ini, monolog Ahmadi menyentuh bagian lain. Dari persoalan perempuan, negarawan, birokrasi, Pilgub, sampai hal-hal filosofis kondisi keseharian lainnya.

Aktor salah satu perintis Teater Monolog di Sulsel itu membedah makna Pancasila. Katanya, makna Pancasila telah bergeser dari nilai-nilai "mulia" yang terkandung di dalamnya.

"Pancasila tidak lagi mencerminkan sebagai sesuatu yang mendasar dalam kehidupan ini, terutama di Sulsel dalam momentum Pilkada," kata Ahmadi seraya mencontohkan lima sila yang dimaksud.

Pergeseran nilai sila pertama, menururt Ahmadi, dapat dilihat dalam kehidupan berdemokrasi. "Para elit politik seakan-akan melupakan Tuhan," katanya.

Pergeseran makna sila kedua, dapat dilihat pada munculnya anarkistis di mana-mana. Pertikaian pun di mana-mana. Semua ini mengakibatkan tercincangnya nilai-nilai kemanusiaan, sebagaimana pada sila kedua Pancasila.

Pergeseran nilai sila ketiga, tergambar pada kerenggangan terhadap persatuan melalui silang pendapat soal keputusan MA tentang Pilkada Gubernur Sulsel baru-baru ini. Ini katanya gambaran persatuan di Sulsel telah tergugat.

Pergeseran sila keempat tampak di DPR. Harusnya segala sesuatu dilaksanakan secara musyawarah, lalu mufakat. Kondisi sekarang, justru mufakat dulu baru musyawarah.

Khusus pada sila kelima, Ahmadi menyoal adanya pelbagai keputusan yang lahir dari penegak hukum yang kemudian kontroversial di dalam masyarakat. "Bukankah hukum itu untuk memberi rasa keadilan kepada masyarakat? Lalu, mengapa justru masyarakat bertanya-tanya, di mana keadilan itu?

Maka, patut pula dipertanyakan, ke mana sila 'Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia' itu?" tutur pemeran utama "Karaeng Pattinggaloang" karya Fahmi Syariff dalam Festival Teater Indonesia di Yogyakarta beberapa tahun lalu.

Lantas apa kaitannya dengan makin "kaburnya" nilai-nilai Pancasila dengan peran Ahmadi sebagai "suami" Margaret?

Di sinilah keaktoran Ahmadi mampu memberi nuansa simbolik untuk menerangkan "kekaburan" nilai dalam kehidupan. Dalam adegan ini, Ahmadi terkulai di sisi meja bundar. Ia menatap sangat jauh. Wajahnya makin kusut ke masa lalu. Ia sangat tua.

Ahmadi menarik garis zaman mengenang seorang perempuan cantik bernama Margaret. Dari perempuan ini, Sang Tokoh dianugerahi tiga anak perempuan. Namun, sebagai ayah, Sang Tokoh bertanya, mengapa tak seorang pun puterinya yang mirip dengan ayah.

Ahmadi memerankan adegan ini dengan sempurna. Hadirin pun terkesima. Hening lima menit. Namun, suasana kembali cair ketika Ahmadi bangkit dan tiba-tiba muncul adegan kocaknya.

Saat itu, Ahmadi mengenang kecantikan Margaret. "Betisnya..., pipinya..., buah dadanya..., pokoknya, semuanya deh," kata Ahmadi seraya menertawai dirinya. Hadirin pun memberi aplaus seraya tertawa.

Dalam adegan inilah simbol "kekaburan" nilai itu terejawantah. Kendati makna yang lain bisa saja muncul, bahkan berbeda, bergantung apresiasi penonton lainnya. Di sini ada makna bahwa antara aturan, pembuat aturan, dan yang menjalankan aturan, kadang-kadang terjadi kesenjangan.

Tidak selamanya "wajah" anak bisa tunduk dari "wajah" ayahnya. Tidak selamanya "wajah aturan" sejalan dengan "wajah" yang melahirkan aturan. Siapa tahu, sebuah aturan lahir dari sebuah "perzinahan hukum".

Ini pun hanya salah satu persepsi dari sebuah apresiasi, sebagaimana kesangsian Sang Tokoh tadi terhadap tiga anaknya. Dan, Margaret bisa jadi ikon sebuah "perzinahan" itu, ikon sebuah kekaburan nilai, kendati Ahmadi tidak menyebutkannya dalam pertunjukan berdurasi 27 menit tersebut. (*)

Sumber : http://fajar.co.id


Membangun Indonesia Melalui Sadar Pendidikan

Ilmu pengetahuan merupakan pondasi utama memajukan sebuah bangsa dan Negara. Suatu bangsa dan Negara yang mengabaikan akan pentingnya sebuah pendidikan bagi generasi penerus, maka bangsa tersebut akan lemah dalam segala hal,
maka bangsa tersebut akan selalu hidup dalam kemunduran tanpa adanya kemajuan yang sangat berarti. Indonesia yang meupakan penduduk yang mayoritas muslim, bahkan dapat disinyalir bahwa Indonesia merupakan Negara terbesar di dunia yang kapasitas penduduknya beragama Islam. Sebagai pemeluk agama yang setia, kita dapat mempelajari betapa Islam begitu besarnya membrikan perhatian terhadap pendidikan. Hal ini dapat kita pelajari dari wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada baginda besar Muhammad SAW yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5 yang artinya " bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dri segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak diketahuinya" .

Kekuatan yang dimiliki ummat dan kemenangan yang selalu dijanjikan Allah SWT kepada mereka, bukan hanya bertumpu pada sisi aqidah atau ibadah saja dan tanpa diiringi dengan ilmu pengetahuan Islam dan ekspansi kebaikan atau amal islami dalam kehidupannya. Namun, kekutan dan kemenangan itu tegak kokoh di atas tiga pilar yang satu sama lain tidak boleh terpisahkan yaitu, iman, ilmu dan amal (ibadah), dan saat ini, ketika ummat mulai meninggalkan tsaqafah islamiah dan ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat, maka kekuatan dan kemenangan tersebut berangsur-angsur akan hilang dan pada akhirnya digantikan dengan ketidakberdayaan serta kelemahan. Sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya. ".Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (az-Zumar: 9) ".niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujaadilah: 11), mengenai hal ini, Imam Syafi'i berkata, "Sesungguhnya jati diri seorang pemuda-demi Allah-ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya."

Ilmu merupakan kekuatan, siapa yang paling unggul ilmunya dialah yang memimpin. Sekarang peradaban yang menguasai dunia adalah peradaban Barat. Ini logis, sebab Baratlah yang menguasai iptek dan science. Berkaitan dengan inilah tatkala Allah SWT memberikan isyarat tentang pengembangan ilmu pengetahuan di dalam Kitab Suci-Nya, Dia menyeru tidak secara khusus ditujukan kepada orang-orang beriman, namun seruan-Nya dilakukan secara umum kepada seluruh jamaah jin dan manusia, sehingga siapa yang lebih dahulu melakukan observasi, kajian dan pengembangan, maka dialah yang mendapatkannya (QS. Ar Rahman, 55:33).

Pada masa silam para ulama umat Islam selain memiliki penguasaan terhadap ilmu-ilmu agama, mereka juga menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan umum yang berorientasi pada pengembangan sarana kehidupan.Sebagai contoh Ibnu Sina misalkan, yang di Barat disebut dengan Avecienna, selain seorang ulama yang pakar dalam bidang kedokteran sesungguhnya dia juga menulis buku-buku tentang fiqih, tafsir dan akidah.
Al Qur'an sebagai Way of Life orang-orang Islam, padanya paling tidak ada 3 tipe ayat, yang apabila kaum Muslimin mensikapinya secara benar dan proporsional, bisa jadi akan menghantarkannya pada kejayaan, kemajuan dan supremasi. Ketiga tipe ayat itu adalah:

Pertama, ayat-ayat tentang keimanan dan keyakinan kepada yang ghaib, seperti iman kepada Allah, malaikat, takdir/qadha, hari Kiamat, pahala, dosa, surga, neraka dan sebagainya. Terhadap masalah yang seperti ini pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan hati, yaitu iman.

Kedua, ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan isyarat-isyaratnya. Terhadap masalah ini pendekatannya adalah dengan menggunakan akal, yaitu dipikirkan, diobervasi, dikaji, dan dikembangkan sehingga lahirlah science dan teknologi.

Ketiga, ayat-ayat tentang hukum dan undang-undang. Terhadap ayat-ayat yang seperti ini kewajiban umat Islam adalah melaksanakan dan menegakkannya.

Pendekatan yang benar dan proporsional akan melahirkan umat yang memiliki keimanan yang kokoh, cerdas dan berilmu pengetahuan dan percaya diri dan bangga dengan identitas dirinya. Inilah modal utama ke arah kejayaan dan supremasi Umat Islam.

Dalam kenyataannya umat ini justru mengalami kelemahan dalam hal itu semua. Walhasil umat sekarang dalam keadaan hina, mundur dan terkebelakang, sebagai konsekwensi jauhnya mereka dari tuntunan dan pedoman hidupnya: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat besar. Allah tidak lengah dari apa yang mereka perbuat." (QS. Al Baqarah:85)

Sebenarnya, negara-negara Islam belum sepenuhnya keluar dari cengkeraman para negara agresor dan penjajah, seperti Indonesia, Tunisia, Siria, Mesir, dan negeri-negeri yang lainnya. Mereka masih terjajah. Tidak kah mereka membawa empat slogan yang selalu didengung-dengungka n? Yaitu, God (Tuhan atau penyebaran agama), Gold (Emas), Gospel (kekayaan), dan Glory (kejayaan). Empat tujuan ini masih mereka nikmati, meskipun mereka telah hengkang dari negeri-negeri jajahannya. Maka meskipun secara fisik dunia Islam tidak terjajah, namun setiap dimensi kehidupan ummat masih dalam cengkeraman konspirasi mereka. Dan konspirasi mereka inilah yang dewasa ini dikerjakan oleh tangan-tangan LSM-LSM dan Yayasan-yayasan yang digerakkan oleh anak-anak muslim yang sudah dicuci otaknya dan yang didanai oleh mereka, para penjajah. Seperti Freemansory, Rotary Club, Lion Club, LSM sosialis komunis dan yang lainnya. Mereka bergerak sesuai keinginan donatur-donatur mereka yang semuanya ingin memberangus kebenaran Islam.

Setelah peperangan usai dan para penjajah hengkang dari bumi ummat Islam, namun negara-negara ketiga yang notabane negeri muslim semakin hari semakin terbelakang dan terpuruk dalam bidang iptek dan industri. Ini juga merupakan langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak Barat dan musuh-musuh Islam yang tidak pernah ingin melihat ada satu negara muslim yang berkembang dan mengalami kemajuan. Mari kita renungkan beberapa komentar dan pernyataan para orientalis berikut ini;

Salah seorang pejabat pada Kementerian Luar Negeri Perancis pada tahun 1952 mengatakan: "Bahaya yang sebenarnya mengancam kita adalah Islam. Untuk itu marilah kita beri apa yang dibutuhkan oleh dunia Islam serta menanamkan pada diri mereka perasaan ketidakmampuan untuk menjadi negara industri. Apabila kita lemah dalam pelaksanan strategi tersebut, maka kemungkinan besar ummat Islam mencapai kemajuan dan menjadi salah satu kekuatan raksasa di dunia untuk ke dua kalinya."

Bekas dictator Portugal, Salazar berkata: "Saya khawatir akan muncul ditengah umat Islam seorang tokoh yang mampu menyatukan potensi mereka dan mengarahkannya kepada kita."

Mungkin kita bisa bertanya; dimanakah posisi negara-negara muslim dewasa ini? Di saat negara-negara modern telah berbicara tentang berbagai revolusi besar yang hendak dijalankan; revolusi teknologi, revolusi biologi (geneologi, cloning, penemuan peta gen manusia dan lain sebagainya), revolusi elektronik, revolusi ruang angkasa, revolusi komunikasi, informasi dan seterusnya. Di mana posisi kita di tengah negara maju ini?

Dalam bidang pemikiran, para penjajah melahirkan antek-antek mereka dari anak-anak negeri untuk mempengerahui ummat Islam tentang cara berfikir yang benar. Mereka mengajak kembali kepada paradigma yang dimiliki oleh para penjajah tersebut bukan kembali kepada Islam. Dengan dalih mereka telah menemukan kemajuan dan sementara dunia Islam dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Jadi mereka menyerukan genarasi-generasi muslim untuk berkiblat kepada nilai-nilai yang diyakini para penjajah. Dan nilai-nilai ini bersandarkan kepada keyakinan, filsafat dan adat istiadat yang berkembang di tengah mereka. Sehingga tanpa disadari atau tidak, kita selaku ummat islam mulai menafikan akan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup.

Bahkan kita melihat banyak dari kalangan umat ini yang bangga dengan referensi Barat dalam bidang keilmuan yang seharusnya tidak layak untuk dijadikan sebagai referensi maupun rujukan utama. Seperti dalam bidang psikologi yang mengacu kepada pendapat Sigmun Freud, bidang sosiologi dan moral.

Seharusnya, umat ini ketika menjadikan Islam sebagai referensi utama, mereka harus kembali kepada Al-Quran, Al-hadits, Ijma', Perkataan Sahabat, Perkataan Tabi'in dan dalil-dalil yang dibenarkan dan diakui dalam terminology istinbat dan ijtihad.

Dari hasil kerja para penjajah sebelum mereka meninggalkan negara-negara jajahannya adalah keterbelahan jiwa ummat dalam memegang tali Allah SWT. Mereka menjadi minder ketika disebut muslim, mereka malu dan merasa terbelakang apabila ditanyakan tentang identitas dirinya sebagai muslim. Padahal seharusnya mereka berani menunjukkan dengan jelas apa identitas mereka dan siapa mereka? Hal ini dikarenakan seorang muslim memiliki identitas yang khas, kepribadian independen dan loyalitas yang jelas. Ia adalah pemilik risalah bumi dan pemikul panji dakwah universal yang berkarakter rabbaniah, insaniah dan akhlakiah.

Dampaknya dari itu semua, Rasulullah dan para sahabat tidak lagi dijadikan panutan dan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih bangga dengan budaya yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh dunia Barat kepada negara-negara muslim, khususnya Indonesia

Untuk menghadapi berbagai problematika umat dewasa ini, baik yang bersifat permanen dan inheren maupun yang bersifat kontemporer karena faktor eksternal, maka seluruh Umat Islam harus membangun kembali kesadaran akan agamanya dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi kehidupannya.

Ada tiga fokus yang sangat mendasar, dimana setiap individu muslim harus memperbaiki dirinya dalam hal ini.

Pertama, Memiliki ilmu pengetahuan.

".Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (az-Zumar: 9)

".niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujaadilah: 11)

Imam Syafi'i berkata, "Sesungguhnya jati diri seorang pemuda-demi Allah-ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya."

Kedua, Belajar secara kontinyu.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali 'Imran: 104)

Ketiga, Berjuang sepanjang masa.

"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (al-Hajj: 77-78)

Akhirnya, kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga kita termasuk orang-orang yang memulai untuk berbenah diri dalam menghadapi berbagai problematika ummat sekarang ini.

Allah wa Rasuluh A'lam Bishshawab


Written by Rahmat Arafah Al - Madany *
*Penulis adalah mahasiswa International Islamic Call College Tripoli Libya
http://www.artikel-indonesia.co.cc/2009/03/membangun-indonesia-melalui-sadar.html


Pendidikan untuk "Kaum Kecil"

Oleh : Faturochman dan Ambar Widaningrum*

Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan diharapkan sebagai
salah salu jalur untuk mengatasi ketidaksamarataan dalam masyarakat untuk
meningkatkan hidup rakyat miskin. Demikian bunyi kalimat yang sering terdengar
kalau kita bicara soal pendidikan dan kemiskinan.
Kemiskinan sebagai fenomena menghalangi orang-orang miskin mengambil
bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk kesempatan
memperoleh pendidikan, disebabkan oleh ketimpangan struktur institusional
dalam masyarakat. Sistem pendidikan modern saat ini sebagai salah satu institusi
penting ikut mencerminkan ketimpangan struktur masyarakat sekaligus
melestarikannya.

Memang, kemiskinan seringkali membuat kita trenyuh. Mereka sering tidak
bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang paling dasar. Mereka
terkurung dalam perangkap kemelaratan. Tak berdaya dan tak mampu mengadu
nasib mereka yang bagaikan takdir malang. Setiap jalan untuk lolos dari lubang
kemelaratan seakan-akan tertutup.
Kenyataan ini lebih terasa pahit lagi kalau kita dihadapkan pada
kemakmuran yang dinikmati orang-orang kaya. Jurang semakin dalam
memisahkan .mereka yang punya" dari "mereka yang tidak punya". Orang yang
tak berpunya tersebut tentu juga sempat berpikir ingin seperti mereka yang punya.
Syukurlah kalau mereka lalu mulai berpikir keras dan sehat, artinya mereka
berusaha untuk bisa menjadi orang yang bisa hidup lebih baik. Tapi yang tidak kita
inginkan adalah keinginan yang membabi buta dan tidak dilandasi oleh pikiran
yang sehat.

Pada gilirannya, sering kita baca di koran-koran berita maupun majalah,
kasus-kasus kejahatan yang setelah ditelusur sebabnya, mereka dalam kondisi
.terjepit". Kondisi ini macam-macam. Mungkin karena terjerat hutang, atau perut
sudah sangat lapar sementara isi kantong sudah tidak ada dan sebagainya.
Miskin Bukan Bodoh
Kalau kita kembali ke kalimat awal tulisan ini, apakah harapan itu bisa
dikatakan realistis? Apakah justru pendidikan dapat memberi sumbangan yang
berarti untuk menanggulangi masalah yang begitu mendasar? Apa syaratnya
supaya pemerataan pendidikan sungguh-sungguh bisa berhasil? Memang tidak
mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

Diantara para ahli ilmu-ilmu sosial pun tidak terdapat kesepakatan. Di satu
pihak, ada yang sangat mengandalkan pendidikan sebagai jalan keluar dari
kemiskinan. Di pihak lain, ada pula yang meragukannya.
Dalam lingkungan sosial yang miskin, kebanyakan orang memiliki
pendidikan yang rendah. Mereka sering belum melek huruf atau putus sekolah.
Dengan kata lain, mereka paling banter tamat pendidikan dasar. Kesempatan
untuk pendidikan lanjutan hampir tidak ada.
Di massa sekarang, keadaan selalu cepat berubah dan terus menerus
berubah. Taraf pendidikan yang sangat rendah pada umumnya berkaitan dengan
informasi dan pengertian yang serba terbatas. Dengan demikian, segala
kesempatan atau sukses juga serba terbatas.

Kita tahu, orang miskin yang kurang berpendidikan tidak berarti bodoh.
Namun kecerdikan dan kepandaian mereka mau tak mau terbatas pada
lingkungan sosial mereka yang sangat sempit dan lebih diwarnai oleh tradisi.
Itulah salah satu sebab mengapa mereka sering kurang berdaya
menghadapi dunia modem dengan segala resikonya, sehingga mereka mudah
dipermainkan dan ditipu atau barangkali menjadi korban pemerasan oleh orangorang
yang lebih pintar. Meskipun hal tersebut sering tidak terasakan olehnya.
Mereka tidak tahu menahu tentang bentuk kredit, hukum tanah, atau cara
pemasaran yang "modern". Itulah salah satu akar terdalam dari ketidakadilan
dalam aneka ragam bentuk.

Sebagai akibat, lingkungan sosial sebagai tempat dimana anak-anak miskin
dibesarkan dan dididik ikut terpengaruh. Perkembangan kognitif, intelektual, dan
mental mereka dengan demikian juga ditentukan oleh segala keterbatasan tadi.
Dalam hal ini sangat kurang adanya "rangsangan mental" yang diperlukan. Apa
yang dibahas di lingkungan keluarga, luasnya tema yang disinggung, informasi
yang diteruskan secara spontan, cara hidup sehari-hari, semua itu seakan
terbelenggu dalam lingkungan yang miskin. Kondisi inilah yang sering membuat
kita pesimis. Karena bagaimanapun anak-anak miskin itu kelak menjadi penerus
orang tuanya. Paling tidak penerus keturunan moyangnya. Apakah mereka juga
akan menjadi penerus kemiskinan?
Lingkaran Setan
Pendapat umum mengatakan bahwa kalau kita ingin hidup layak, kita harus
bekerja. Di satu sisi, kalau kita mengupas tentang dunia pasaran kerja, masukan
pasaran tenaga kerja hampir seluruhnya berasal dari keluaran lembaga
pendidikan formal.
Kalaupun ada yang tidak melalui pendidikan formal, persentasenya sangat
kecil. Kalau demikian halnya, agar anak-anak miskin dapat memasuki dunia yang
lebih cemerlang, dunia yang bebas dari kemiskinan, mereka harus masuk ke
dalam lembaga-Iembaga pendidikan.

Sementara itu, apa yang kita lihat sekarang ini? Menyekolahkan anak-anak
bukan sesuatu yang murah dan mudah dijangkau. Dimana-mana kita tahu, biaya
sekolah makin mahal. Mungkin dari iuran sekolah atau SPP tidak begitu menyedot
biaya, akan tetapi untuk yang lain-lain seperti fasilitas-fasilitas penunjang, bukubuku
referensi dan sebagainya. Justru dari "yang lain-lain" inilah butuh biaya yang
tidak sedikit. Lalu bagaimana dengan si miskin ini.
Tentu saja hasil proses pendidikan dan terutama prestasi di sekolah tidak
dikondisikan oleh lingkungan ekonomis melulu. Berbagai faktor lain juga ikut
berperan. Kemiskinan meliputi "miskin banyak hal". Jadi tidak hanya berarti hidup
serba sederhana tetapi juga berupa kelaparan dan kurang gizi. Lebih buruk lagi,
keadaan miskin juga sangat mempengaruhi kehidupan dan suasana lingkungan
keluarga. Padahal justru lingkungan keluargalah yang merupakan tempat
pendidikan paling dasar yang diperoleh anak manusia untuk bekal di kemudian
hari.

Apa yang diabaikan selama masa pendidikan informal ini, lebih-Iebih pada
usia bawah lima tahun, yang pertama-tama menjadi tanggung jawab orang tua
dan keluarga. Di kemudian hari, paling-paling bisa sekedar diperbaiki dan
dilengkapi. Akibatnya akan nampak pula kegagalan pendidikan sekoIah.
Dan semua itu, tidak dapat disangkal bahwa memang terdapat semacam
"Iingkaran setan" yang sangat mendalam pengaruhnya antara keberhasilan
pendidikan di satu pihak dan kemelaratan di pihak lain. Pendidikan orang miskin
kurang berhasil karena mereka memang miskin. Dan sebaliknya, mereka tetap
miskin karena kurang berhasil dalam pendidikan.

Untuk menanggulangi kenyataan tersebut, tidak bisa diharapkan dalam
jangka waktu pendek. Tetapi justru karena itu perlu ditangani dan diusahakan
dengan sungguh-sungguh. Kondisi itu akhirnya hanya bisa dipecahkah dengan
memerangi kemiskinan itu sendiri. Semua usaha lain hanya bersifat menunjang
dan melengkapi.

Pemerataan
Usaha pemerataan yang selama ini dilakukan perlu dilihat kembali.
Pemerataan tidak hanya berarti semua saling merasakan, mencicipi, mengalami.
Pemerataan juga mengandung arti keseimbangan porsi. Inilah yang selama ini
banyak diabaikan.

Egoisme kelompok menjadi beralasan bila pemerataan yang dimaksud
terbatas pada konsep yang demikian itu. Permasalahan ini muncul karena
kemampuan melaju dan mengembangkan diri tidak sama. Yang miskin hampir
tidak pernah bisa berpacu dengan mereka yang berkecukupan. Keadaan seperti
ini tentu saja tidak pernah mengangkat kredibilitas kalangan miskin.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk memutus lingkaran setan ini. Apabila
kita kembali kepada asumsi di depan, bahwa masalah berpangkal dari struktur
institusional, maka pemecahan juga mesti berawal dari sana.
Berbagai kebijaksanaan yang ada selama ini tampaknya dirancang dengan
begitu seksama. Tetapi tidak jarang masih ditemukan bias disana-sini dalam
pelaksanaannya. Deregulasi, misalnya, ternyata belum bisa dirasakan kalangan
bawah. Sementara itu banyak kalangan berkekuatan ekonomi menganggapnya
sebagai suatu terobosan yang menguntungkan.

Disinilah tampaknya ada beberapa hal yang bisa disisipkan agar lingkaran
setan itu akhimya bisa putus. Taruhlah pendidikan menjadi pangkal yang akan
digarap. Untuk mengangkat mereka yang miskin bisa diangkat melaui tingkat
pendidikannya. Karena dana dari mereka sendiri sangat terbatas, maka
pendanaan perlu dibantu.
Di beberapa negara banyak muncul semacam yayasan yang bersifat sosial.
Tugasnya antara lain membantu penderita cacat, orang tidak mampu, dan
kalangan yang memang perlu dibantu. Yang perlu diacungi jempol adalah
kenyataan bahwa yayasan-yayasan tersebut banyak diprakarsai dan didanai oleh
orang kaya. Terlebih lagi banyak yang melakukan secara tulus ikhlas.
Pemerintah juga tidak tinggal diam menanggapi mereka yang mau berbuat
baik. Potongan pajak dan kemudahan diberikan sesuai dengan jasanya itu.
Dengan kata lain ada kepedulian timbal balik. Mungkinkah hal seperti ini dilakukan
disini?

Program anak asuh beberapa tahun lalu sebenarnya sangat baik. Tetapi
tidak banyak orang yang tahu perkembangannya kemudian. Secara sepintas
barangkali bisa disebut surut dari peredaran. Sungguh sayang. Meski demikian
benih itu sudah disebar.
Yang diperlukan sekarang tampaknya penataan kembali. Mereka yang
memiliki banyak dana, perusahaan raksasa, konglomerat atau apa namanya, bisa
membalas jasa baik pemerintah dengan melakukan hal serupa. Pemerintah tidak
mungkin menyangga semua beban. Tanpa harus meminta fasilitas istimewa
sebenamya mereka sudah sangat beruntung. Untuk apa segala kemajuan ini
kalau bukan untuk sesama?

*Faturochman, dosen Fak. Psikologi UGM, tugas belajar di Flinders University,
Australia. Ambar Widaningrum, Asisten Peneliti di Pusat Penelitian
Kependudukan UGM.



Valentine

Karya : Ahmadi Haruna

Air mata jatuh
Basah kebaya
Oang tua berdoa tanpa pamrih
Pada anaknya

Air mata jatuh
Basah dipipi
Anak doa pada orang tuanya
Tulus penuh kasih sayang

Ibunda
Maafkan aku
Hanya cinta yang bisa kuberi
Hingga hari ini.
Jangan sedih
Aku selalu setia mengenangmu


14 Februari 2006
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Ahmadi Haruna



Pantun Perempuan

Karya : Ahmadi Haruna

kucing kurus mandi dipapan
bukan kurus karena kurang makan
namun ingat sibuah hati
wanita sekarang ceking ceking barata sayang
bukan ceking lantaran cinta
namun ceking karena emansipasi

tak ada rotan akarpun jadi
saat ini tak ada akal ototpun jadi
tiba masa tiba akal
saat ini tiba musibah kehilangan akal

bersakit-sakit dahulu
bersenang- senang kemudian
itu kata pepatah kuno
saat ini senang dahulu
sakit akhirnya bukan masalah

putus cinta lahirkan hati patah
saat ini putus cinta gaet yang lain
karena cinta badan binasa
badan berdua soal biasa



Januari 2004



Kartini - Kartini

Karya : Ahmadi Haruna

Menangis diatas trotoar
Menari dipinggir trotoar
Makan diemper toko
Minum dengan tong kusam

Mata liar memandang arus
Memohon kasih untuk rupiah
Recehan jatuh dikaleng susu
Ibunda siap menghitung untung

Hari ini
Besok – lusa, entah sampai kapan
Ia tetap setia berdiri disana
Ah, kartini cilik
“mari bersekolah”




April 2006



 

Suara Hati

Pendidikan. . . .Artikel. . . . Politik . . . . Berita. . . . Puisi. . . .

Contact