SUARA HATI
this site the web

Masalah Pendidikan Menurut Nelson Tansu

Sedikit tentang Prof. Nelson Tansu, PhD (kelahiran 20 Oktober 1977), dia adalah salah satu dari sedikit anak muda
Indonesia yg sukses di bidangnya. Dari hasil wawancaranya dengan pembelajar.com ada beberapa hal yg bisa dijadikan
benang merah masalah pendidikan di Indonesia.

Beberapa kali dia mengatakan persoalan utama yg membuat pendidikan di Indonesia tertinggal jauh adalah:Kurang
optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di lapangan yg disebabkan sulitnya
menyediakan guru2 berbobot untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari
kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Implementasi pendidikan yg kurang
benar.
Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang
sehingga profesi ini tidak begitu dihargai dan dipandang sebelh mata.Kultur belajar bukanlah masalah utama tetapi kultur
masyarakat secara keseluruhan karena tidak disadarinya pendidikan adalah investasi bangsa.Terlalu seringnya sistem
pendidikan digonta-ganti tergantung kondisi politik, padahal itu bukanlah masalah utama, yg menjadi maslah utama
adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.Kurangnya pemerataan di daerah.

Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yg belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yg disediakan pemerintah.Yah dari semua point yg diungkapkan Nelson Tansu itu sudah disadari oleh semua pihak mulai pakar
pendidikan, pemerintah, dan orang tua siswa/mahasiswa. Tapi mengapa mereka terutama pemerintah terkesan enggan
untuk menginvestasikan APBN-nya untuk pendidikan. Apa mungkin tidak percaya terhadap pengelolah pendidikan, yg
memang hobi memanipulasi itu? Atau pura-pura tidak tahu karena garapan pendidikan hasilnya tidak bisa segera dilihat
selama masa kekuasaannya? Atau karena memang sudah diketahui bahwa dana besar kalo guru tidak berbobot
hasilnya tetep nol? Tapi kalo iya mengapa rekrutmen pendidik yg saat ini saya rasa lebih buruk tetep dilanjutkan gara2
desekan arus bawah.

Saat ini guru banyak direkrut dari lulusan S-1 non pendidikan yg kemudian membeli “akta IV” di “kampus kali lima” dengan hanya membayar kisaran 2 juta saja.Banyak sekali kegiatan yg dilakukan depdiknas untuk meningkatkan bobot guru, tetapi tindak lanjut yg nol besar dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi, atau apalah namanya. Jadi terkesan (atau memang bener yah) yg penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya yah terserah mau kinerja lebih baik atau tidak mereka gak perduli.Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Pendidikan jika dipolitisir maka sampai kapanpun pendidikan Indonesia sulit untuk maju.

Yah memang ada beberapa sekolah sudah terpandang, namun dibandingkan populasi sekolah yg ada sangat tidak
singnifikan.Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah
itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan
membaik jika gurunya berbobot dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.

Sumber : urip.wordpress

0 comments:

Post a Comment

 

Suara Hati

Pendidikan. . . .Artikel. . . . Politik . . . . Berita. . . . Puisi. . . .

Contact